TEMPO.CO, Jakarta - Direvisinya outlook ekonomi Indonesia dari positif menjadi stabil oleh S&P serta aksi ambil untung oleh investor membuat indeks terjungkal dari level 5.000.
Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia hari ini melemah tajam 66,87 poin (1,32 persen) ke level 4.994,046. Ini adalah kedua kalinya indeks tergusur dari level 5.000.
Baca Juga:
Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo, mengatakan diturunkannya outlook ekonomi Indonesia cukup memukul indeks. "Tekanan jual terutama terjadi pada saham perbankan yang notabene memiliki kapitalisasi besar dan saham-sahammya banyak dimiliki investor asing."
Sentimen negatif mewarnai pergerakan IHSG yang sejak awal dibuka langsung mengalami tekanan jual. Hal itu dipicu jatuhnya harga komoditas logam dan tambang di pasa global akibat melemahnya rilis data ekonomi dari Cina dan Amerika Serikat.
Saham-saham konstruksi dan infrastruktur ikut terseret sentimen negatif tersebut, disamping aksi ambil untung oleh investor setelah menguat cukup signifikan dalam dua perdagangan terakhir.
Di sisi lain, nilai tukar rupiah yang melemah cukup tajam ke level 9.740 per dolar turut menjadi penekan indeks. "Saham-saham yang memiliki exposure tinggi terhadap dolar seperti pertambangan dan perdagangan terkena imbasnya," ujar Satrio.
Saham yang berpindah tangan hari ini sebanyak 8,6 miliar lembar saham senilai Rp 15,8 triliun dengan frekuensi 175,8 ribu kali transaksi. Hanya 53 saham menguat, 214 saham turun, serta 88 lainnya stagnan. Asing mencatat pembelian bersih Rp 7,2 triliun.
Bursa Asia cenderung melemah hingga 17.15 WIB. Nikkei 225 melemah 0,76 persen, Hang Seng melemah 0,31 persen, Strait Times naik 0,91 persen, bursa Korea susut 0,34 persen. dan indeks Shanghai terkoreksi 0,17 persen.
PDAT | M. AZHAR