TEMPO.CO, Jakarta - Konsultan bisnis global, Nielsen menyebut indeks kepercayaan konsumen Indonesia pada kuartal pertama tahun ini merupakan yang tertinggi di dunia. Dengan poin 122, Indonesia bahkan telah mematahkan dominasi India selama beberapa waktu terakhir.
Tapi, dengan adanya rencana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), apakah kemampuan belanja dan optimisme Indonesia tetap akan bertahan? Managing Director Nielsen Indonesia Catharine Eddy menjawab, "Tentu ada pengaruhnya, seperti yang terjadi pada 2005 dan 2008," ujarnya di Jakarta, Kamis 2 Mei 2013.
Nielsen memang tidak mengadakan studi khusus mengenai masalah ini. Namun, kenaikan harga BBM, kata Catharine biasanya akan diikuti kenaikan harga berbagai komoditas lain. Hal ini, tentu akan mengurangi daya beli konsumen.
Catherine menambahkan, kondisi ekonomi yang cukup baik dan stabil seperti saat ini, membuat konsumen tak akan terlalu terpukul. Dengan indeks kepercayaan yang sudah begitu tinggi, konsumen dinilai akan tetap memiliki pilihan untuk berbelanja.
Bagi konsumen kelas menengah atau menengah atas, menurut Catharine pengaruh kenaikan harga BBM akan sangat minim. "Mereka tetap memiliki pilihan untuk beralih ke brand yang lebih murah atau bahkan yang tidak bermerek," ujarnya.
Sementara bagi konsumen kelas bawah, meski dampak kenaikan harga BBM lebih terasa, daya beli tak akan hilang sepenuhnya. "Mereka juga punya mekanisme untuk bertahan," kata Catharine. Biasanya, pilihan yang akan diambil adalah berhemat. Misalnya, ia mencontohkan, sebotol shampoo ukuran 70 mililiter yang biasanya habis dalam waktu sepekan akan dihemat hingga bisa bertahan 10 hari.
PINGIT ARIA