TEMPO.CO, Jakarta--Ukuran warungnya boleh saja kecil. Tempatnya pun bisa jadi di tengah sumpeknya pasar atau hanya berupa bangunan semi-permanen menumpang di trotoar jalan. Tapi kenikmatan menyantap menu di warung ini diwariskan pengunjung setianya kepada beberapa generasi.
Masakannya tidak pula unik, seperti juga yang dijajakan oleh warung lainnya. Namun ada sesuatu yang membuat pelanggan memilih kembali ke warung yang ini: kesetiaan terhadap resep dan pengolahan yang diturunkan dari generasi ke generasi. Inilah beberapa warung berumur lebih dari 20-an tahun di beberapa kota besar di Nusantara.
PADANG
--Soto Simpang Karya
Perempatan Jalan Simpang Karya, Padang, Sumatera Barat
Pendiri: Rajo Ameh
Berdiri: 1971
Pengelola kini: Amrizal (anak)
Menu: Soto berisi daging has luar dalam kaldu dengan bumbu kuning
Harga: Rp 17 ribu
JAKARTA
--Gado-gado Bonbin Cikini
Jalan Cikini IV Nomor 5, Cikini
Berdiri: 1960
Pendiri: Lanny Wijaya
Pengelola: Hadi Lingga Wijaya (anak)
Menu: gado-gado dengan bumbu berupa kacang tanah kualitas terbaik yang disangrai
Harga: Rp 25 ribu
BANDUNG
--Warung Bu Eha
Pasar Cihapit, Bandung
Berdiri: 1947
Pendiri: Nok, ibu dari Juleha alias Eha
Pengelola: Juleha; generasi kedua
Menu: Makanan Sunda
Harga: Bervariasi
YOGYAKARTA
--Warung Brongkos Handayani
Jalan Gading Nomor 2, selatan Alun-alun Kidul, Yogyakarta
Berdiri: 1975
Pendiri: suami-istri Adiyo Utomo dan Sardiyem
Pengelola: Tri Suparmi (anak); generasi kedua
Menu: brongkos, seperti rawon tapi bersantan; isi brongkos: telur, daging ayam, tahu, dan kacang merah
Harga: Rp 8.000
--Mangut Lele Mbah Karto
Sewon, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, belakang kampus Institut Seni Indonesia, Yogyakarta
Berdiri: 1945 (jualan keliling); 1989 (warung)
Pendiri: Mbah Karto alias Marto Dirjo, 88 tahun
Pengelola: Pariman dan Kasilah (anak)
Menu: mangut lele, dll
Harga: Rp 12.500
SOLO
--Tengkleng Bu Edi
Pasar Klewer, Solo
Berdiri: 1971
Pendiri: Bu Edi
Pengelola: Sulistri (anak); generasi kedua
Menu: tengkleng kambing (iga, lidah, sumsum, kaki, mata, dan pipi) yang disajikan dalam pincuk
Harga: Rp 15 ribu hingga Rp 30 ribu
SURABAYA
--Depot Lontong Balap Cak Gendut Garuda
Jalan Prof Dr Moestopo, Surabaya (pindahan dari Jalan Kranggan, dekat bioskop Garuda)
Berdiri: 1958
Pendiri: Saunah, ibu dari Abdul Rohim alias Cak Gendut
Pengelola: Aris Taufiq (cucu); generasi ketiga
Menu: lontong balap: lontong, tahu, lento, dan kecambah bercampur kuah
Harga: Rp 12 ribu
--Tahu Thek Telor Cak Kahar.
Jalan Embong Malang, Surabaya.
Berdiri: 1950-an
Pendiri: Aminah, nenek Sukahar alias Cak Kahar
Pengelola: Cak Kahar; generasi ketiga
Menu: tahu thek telor: tahu, telur, lontong, kecambah, kentang, petis, dan kerupuk
Harga: Rp 15 ribu
MAKASSAR
--Coto Gagak Daging Sapi
Jalan Gagak Nomor 1, Makassar
Berdiri: 1973
Pendiri: Haji Jamaluddin Daeng Nassa, 53 tahun
Pengelola: Haji Jamaluddin Daeng Nassa
Menu: coto, daging sapi berkuah yang dimakan dengan ketupat
Harga: Rp 13 ribu plus Rp 1.000 untuk tiap ketupat
--Pallubasa Serigala
Jalan Serigala, Makassar
Berdiri: 1987
Pendiri: Haji Haeruddin, 49 tahun
Pengelola: Al-Kadri (anak); generasi kedua
Menu: pallubasa, jeroan, otot sapi berkuah dimakan dengan nasi
Harga: Rp 11 ribu
DENPASAR
--Mak Beng
Pesisir Pantai Sanur, Denpasar, Bali
Berdiri: 1941
Pendiri: istri-suami Ni Ketut Tjuki (Mak Beng) dan I Putu Gede Wirya (Nyoo Tik Gwan)
Pengelola: Agus Mahendra (cucu); generasi ketiga
Menu: sup ikan, potongan ikan tuna goreng dengan sambal
Harga: Rp 40 ribu
IQBAL MUHTAROM | HERU TRIYONO | KETUT EFRATA (DENPASAR) | ANANG ZAKARIA (YOGYAKARTA) | UKKY PRIMARTANTYO (SOLO) | KUKUH S WIBOWO (SURABAYA) | FEBRIANTI (PADANG) | IRMAWATI (MAKASSAR)
Topik terhangat:
Susno Duadji | Ustad Jefry | Caleg | Ujian Nasional