TEMPO.CO , Jakarta:Direktur Eksekutif Lembaga Survei Nasional (LSN) Umar S. Bakry mengakui setiap survei politik pasti didanai oleh pihak tertentu. Kebutuhan dana yang besar untuk melakukan survei berskala nasional, kata dia, membuat lembaga survei terbuka untuk menerima dana dari pihak lain. "Rasanya tidak ada lembaga survei mampu bekerja swadaya," ujarnya sewaktu dihubungi pada Ahad 5 Mei 2013.
Umar menjelaskan, yang dipersoalkan bukan siapa pihak donor buat lembaga survei, tapi sejauh mana metodologi dan hasil survei bisa dipertanggungjawabkan secara akademis. Umar menolak menyebutkan siapa pihak yang mendanai surveinya. "Ada prinsip anonimitas yang artinya kalau si pemberi dana tidak mau disebutkan namanya, ya kami tidak bisa memberitahu kepada publik," kata dia. Tapi, dia menambahkan, survei yang dilakukan LSN bisa dijamin kesahihan data dan independensi hasilnya.
Baca Juga:
Hari ini, Ahad 5 Mei 2013 LSN merilis hasil survei yang menyebutkan Aburizal Bakrie dan Wiranto sebagai calon presiden terpopuler di mata pemilih pemula. Sampel penelitian diambil secara random purposive sampling, dengan jumlah sebanyak 1230 responden. Survei itu mengungkap pilihan politik anak muda berusia 16 sampai 20 tahun dari seluruh provinsi di Indonesia untuk pemilu 2014. Hasil survei menunjukkan Aburizal Bakrie dipilih 18,6 persen responden sebagai capres favorit, diikuti Wiranto yang dipilih 16,3 persen responden.
Sementara itu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Golongan Karya jadi dua partai terpopuler di kalangan pemilih pemula. PDIP dipilih 19,5 responden sebagai parpol yang akan mereka coblos pada pemilu 2014. Hasil penelitian itu diragukan sejumlah kalangan dikarenakan pemilih pemula adalah kelompok pemilih yang tidak bisa diprediksi sikapnya. LSN sendiri dalam survei ini mengungkapkan 43,2 persen responden belum menentukan pilihan alias masa mengambang.
Umar menganggap wajar jika ada pihak yang meragukan kesahihan hasil penelitian lembaganya. "Suka atau tidak, ya inilah hasil survei kami. Kalau memang ada yang meragukan, kami siap untuk diuji karena prosedur yang kami lakukan sudah benar," ujar pria yang juga menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Asosiasi Riset Opini Publik Indonesia itu. Silakan saja, katanya kalau mau meragukan hasil penelitian LSN, tapi mengenai siapa yang membiayai itu tidak penting. "Kami melakukan survei bukan untuk menyenangkan pihak-pihak tertentu," katanya.
PRAGA UTAMA