TEMPO.CO, Samarinda - Presiden Direktur PT Pusam Samarinda Indonesia, Harbiansyah Hanafiah, mengaku tekor hingga Rp 7 miliar per kompetisi selama mengelola klub sepak bola Persisam Putra Samarinda.
"Kalau dibilang untung, hitungannya dari mana," kata Harbiansyah di Samarinda, Jum'at, 10 Mei 2013.
Dia menyebutkan pendapatan Persisam Putra Samarinda diperoleh dari penjualan karcis laga kandang. Jika dimaksimalkan pendapatan dari penjualan karcis mencapai Rp 5 miliar untuk 17 laga kandang. "Pendapatan dari karcis itu masih kotor, karena belum dipotong pajak," kata dia.
Selain itu, Persisam mendapat sumbangan sponsor utama Bank Kaltim mencapai Rp 1 miliar. Sponsor lain-lainnya bisa mencapai Rp 500 juta. Ada juga sumbangan dari PT Liga Indonesia untuk setiap klub di Liga Super Indonesia, Rp 2 miliar. Total pendapatan kotor Persisam mencapai Rp 8 miliar.
"Pengeluarannya satu kompetisi mencapai Rp 15 miliar lebih, uang dari mana sisanya? adakah investor lain? kalau ada kasih tau saya," kata Harbiansyah.
Pengeluaran untuk operasional Persisam, menurut Harbiansyah, mencapai Rp 1,5 miliar per bulan. Rinciannya, Rp1 miliar untuk membayar gaji pemain. Sementara sisanya, setengah miliar rupiah, untuk biaya laga kandang, katering, dan kebutuhan lain. Dana ini dikeluarkan hingga 10 bulan selama kompetisi.
Semua itu, menurut dia, belum termasuk ongkos sanksi-sanksi dari PT LI, semisal membayar kartu kuning dan sanksi kepada manajemen karena terjadi keributan saat laga berlangsung.
Sekretaris Persisam Putra Samarinda, Ahmad Subhan, mengungkapkan selama putaran pertama musim kompetisi ini Persisam harus membayar kepada PT LI senilai Rp 50 juta untuk menebus kartu kuning para pemain. Selain itu, Persisam juga kena sanksi dari PT LI senilai Rp 20 juta saat terjadi keributan kala menjamu Persiwa Wamena.
Untuk menekan pengeluaran, Persisam Putra Samarinda tak menggaji para pengurus teras. "Termasuk Ahmad Subhan tak pernah menerima gaji selama menjadi Sekretaris Persisam. Semua pengurus tak ada yang digaji. Kalau gajian mungkin lebih besar lagi pengeluarannya," kata dia.
Harbiansyah sadar tak bisa terus menerus menomboki biaya operasional Persisam Putra Samarinda. Menurut dia, jalan keluar satu-satunya adalah menaikkan tiket masuk. "Tapi saya akan minta persetujuan pecinta Persisam di Samarinda dan sekitarnya. Kalau jalan lain mungkin bisa tapi masih belum terpikirkan," kata dia.
FIRMAN HIDAYAT