TEMPO.CO, Jakarta -Seperti dikejar waktu, demikian situasi yang dihadapi Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid atau biasa disapa Yenny Wahid. Putri mendiang Gus Dur ini menuliskan pesan singkat melalui blackberry kepada Tempo tentang situasi dirinya. "Aku baru saja pulang umroh bersama ibu, kakak dan adik pada akhir April lalu. Baru sampai Jakarta sebentar sudah harus berangkat ke Boston, Amerika Serikat menghadiri reuni 10 tahun Harvard," demikian dia menulis pesan pada Jumat malam, 10 Mei kepada Tempo.
Yenny merupakan alumni dan pernah kuliah S2 di Harvard Kennedy School of Government di bawah beasiswa Mason. Kepergian wanita yang sering berkerudung itu, jelas menjadi perpisahan yang memberatkan buat kedua buah hatinya Malika, 3 tahun dan Amira, 8 bulan. "Tetapi mereka anak-anak yang kuat. Pokoknya aku sudah membekali mereka terutama si kecil yang masih menyusu. Aku penuhi kulkas dengan air susu ibu (ASI)," tulis Yenny di pesan itu.
Sebagi seorang ibu Yenny mengaku berat meninggalkan buah hati dan suami tercintanya, Dhohir Farisi. Ketika meninggalkan umroh bersama ibu, kakak dan adik, wanita kelahiran Jombang, Jawa Timur, 29 Oktober 1974 ini sempat mengadakan pesta perpisahan kecil berupa kumpul bersama suami dan teman-teman dekatnya untuk bernyanyi di sebuat tempat karoke di Jakarta Selatan.
"Kalau kepergian sekarang, suami lebih mengerti enggak pakai pesta kecil seperti kemarin he he," ujarnya terbahak sambil mengirimkan emoticon atau lambang tertawa di blackberry.
Dia bersyukur tinggal dekat dengan keluarga, adik, kakak. Bahkan teman-teman dekatnya pun siap membantu menjaga dan merawat kedua buah hatinya selama dia berada di Boston. "Aku seneng dan bersyukur punya Ibu yang maha hebat. Ibu mengajarkan aku menjadi wanita kuat mandiri yang selalu peduli dengan keluarga dan lingkungan."
Dia mengaku selalu menyimpan baik-baik amanat sekaligus pesan dari sang ibu tercinta, Sinta Nuriyah. Baginya, ibu adalah inspirasi yang mengingatkan dirinya menjadi wanita yang harus siap berkeringat, bekerja keras untuk keluarga, pekerjaan dan masyarakat.
"Wanita yang mampu menjadi inspirasi bagi masyarakat adalah wanita yang mampu menyeimbangkan seluruh aspek kehidupannya baik dengan hubungan dengan keluarga, sesama manusia dan tentunya hubungan dengan Tuhan."
Yenny juga menuliskan nasehat yang diwariskan sang ibu, supaya menjadi wanita yang tidak hanya berpikir untuk diri sendiri tetapi juga keluarga, orang lain, masyarakat dan lingkungan. "Ke Boston juga menjadi salah satu menjalankan amanah ibu, " tulis Yenny menutup pesan singkatnya.
HADRIANI P