TEMPO.CO, Washington- Teleskop antariksa pencari planet berpenghuni di bintang lain, Kepler, mengalami kerusakan yang sulit diperbaiki. Perburuan alien mengalami kemunduran.
Kegagalan teleskop bernilai US$ 600 juta, setara Rp 5,8 triliun, ini terjadi pada sistem kendali. Dua dari empat roda gigi tak bekerja sempurna, mengakibatkan teleskop sanggup berputar ke arah yang diinginkan. Padahal, Kepler membutuhkan komponen ini untuk membidik bintang yang sedang diselidiki.
"Kami tidak bisa mengarahkan teleskop ke lokasi yang diinginkan," ujar Deputi Manajer Proyek Kepler dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), Charles Sobeck.
Berbeda dengan satelit pada umumnya yang mengorbit bumi, Kepler terletak di orbit yang memutari matahari. Teleskop ini berjarak 65 juta kilometer dari bumi atau lebih dari sepertiga jarak bumi dan matahari. Jarak tersebut kelewat jauh sehingga tak mungkin mengirimkan astronaut untuk sebuah misi perbaikan.
Insinyur NASA sendiri masih berupaya menghubungi Kepler. Mereka memerintahkan komputer pada teleskop untuk menyalakan ulang salah satu roda gigi yang enggan berfungsi. Jika komponen ini menyala, teleskop bisa dipakai untuk penelitian selain pencarian planet berpenghuni. "Kami belum menganggapnya lumpuh," ujar Kepala Sains NASA, John Grunsfeld.
Kepler diluncurkan ke orbit menggunakan roket Delta di Cape Canaveral pada 2009. Teleskop bergaris tengah 1 meter di dalamnya digunakan untuk mencari planet layak huni di bintang lain. Sejauh ini, Kepler menemukan 132 planet baru dan menandai 2.700 benda yang diduga planet. Semula, misi ini dijalankan hingga 2012 namun diperpanjang hingga 2016 dengan biaya tahunan sebesar US$ 20 juta atau sekitar Rp 195 miliar.
Ahli astronomi meratapi kerusakan ini. Mereka umumnya menyesali hilangnya teleskop paling andal dalam pencarian planet alien di bintang lain. Dalam empat tahun terakhir, penelitian di bidang ini dipacu oleh data yang dihasilkan Kepler.
"Ini salah satu hari terburuk dalam hidup saya. Kepler masih bisa berfungsi namun bukan untuk mencari planet baru," ujar peneliti astronomi dari Carnegie Institution, Alan Boss.
NASA berencana meluncurkan teleskop pencari planet Transiting Exoplanet Survey Satellite (Tess) yang bertujuan mencari planet di bintang-bintang dekat pada 2017.
ANTON WILLIAM | GUARDIAN