TEMPO.CO, Jakarta -Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik mengungkapkan bahwa kejadian longsor di pertambangan Freeport bisa dimanfaatkan sebagai momentum untuk melakukan cek ulang kondisi seluruh tambang di indonesia. "Teknologi Freeport itu paling baik untuk melakukan tambang bawah tanah, tapi tetap saja bisa longsor. Apalagi dengan tambang lainnya?" ungkap Jero saat di Gedung Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada Jumat, 17 Mei 2013.
Hingga kini, lanjut Jero, pemerintah melakukan analisis penyebab utama dari longsor tersebut. "Kelongsoran di tambang bawah modern harus dicari tahu apa penyebabnya." Menurut Jero, longsor tersebut disebabkan oleh curah hujan yang tinggi, getaran di bumi, atau faktor alam lainnya.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Radjasa berharap bahwa kasus Freeport, yang merupakan kasus pertama di underground mining tidak meluas. Hatta menginginkan dilakukan operasi besar-besaran untuk menginvestigasi penyebab longsornya terowongan bawah tanah itu. Ia juga mengapresiasi langkah Freeport paska longsor. "Freeport sudah tepat dengan menghentikan sementara kegiatan pertambangan sembari melakukan evaluasi tentang longsor," ucapnya di saat yang sama.
Sebelumnya, longsor terjadi di areal tambang PT Freeport di Mimika, Papua. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, longsor di Freeport berawal saat atap terowongan QMS Underground area Big Gossan di sekitar jalan masuk ke terowongan Mil 74 tiba-tiba runtuh pada Selasa, 14 Mei 2013. Hingga kini, masih ada sekitar 23 orang yang masih terjebak di dalam terowongan.
MUHAMMAD MUHYIDDIN
Baca Juga: