TEMPO.CO, Solo--Delapan sanggar kesenian anak di Surakarta akan meramaikan Festival Dolanan Bocah di akhir pekan ini. Sekitar 200 anak akan dilibatkan dalam festival yang diselenggarakan oleh Sanggar Suryo Sumirat Mangkunegaran tersebut.
Ketua penyelenggara festival, Esti Andrini mengatakan bahwa permainan anak itu akan dikemas sebagai seni pertunjukan panggung. "Mereka akan memperagakan berbagai permainan tradisional maupun lagu dolanan," katanya.
Dolanan anak dan lagu dolanan itu akan dipentaskan di atas panggung dalam konsep sandiwara. Kegiatan itu juga akan diiringi dengan musik tradisional sederhana. "Kami berharap mereka bisa menampilkan dolanan dan lagu dolanan yang saat ini sudah jarang terdengar," katanya.
Saat ini mereka juga telah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Nasional Surakarta untuk mengundang guru dan siswa dari berbagai sekolah dasar untuk menyaksikan kegiatan tersebut. Diharapkan, mereka bisa mengembangkan dolanan anak itu di sekolahnya masing-masing.
Kegiatan tersebut akan digelar selama dua hari di Plaza Sriwedari. Masing-masing sanggar akan mengirimkan 25 anak untuk mementaskan pertunjukan tersebut. "Musik pengiring juga akan dimainkan oleh anak-anak," kata Esti.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta, Widdi Sri Hanto menyebut bahwa keberadaan dolanan anak terus terdesak oleh permainan modern yang cenderung bersifat individualis. "Kami merasa berkewajiban untuk memperkenalkan kembali dolanan anak yang nyaris punah," katanya.
Menurutnya, dolanan anak yang ada di Jawa Tengah bisa membantu menumbuhkan jiwa solidaritas dan kejujuran. "Sebab dimainkan secara berkelompok," katanya. Sayangnya, keberadaan dolanan anak telah tersingkir dengan kehadiran video game, game online dan sejenisnya.
Dia mengakui, jumlah sanggar yang terlibat dalam festival tahun ini turun cukup drastis dibanding tahun sebelumnya. Tahun lalu, belasan kelompok dari sanggar dan sekolah ikut meramaikan kegiatan itu. "Namun dalam festival tahun ini jumlah anak yang terlibat justru meningkat," katanya.
Tahun sebelumnya, kegiatan serupa digelar pada malam hari. "Tahun ini kami majukan di sore hari," kata Widdi. Alasannya, mereka ingin menyesuaikan dengan waktu yang biasa dimiliki anak untuk bermain.
AHMAD RAFIQ