TEMPO.CO, Canberra - Duta Besar Indonesia untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema, mengkritik pemberitaan media Australia soal Papua. Kritik itu disampaikan Nadjib dalam pertemuan dengan Joint Standing Committee on Foreign Affairs, Defence and Trade Parlemen Australia di Gedung Parlemen Australia Rabu, 15 Mei 2013.
"Media seringkali bersikap berat sebelah dengan tidak pernah menyiarkan keberhasilan pembangunan atau kekejaman para anggota Organisasi Papua Merdeka," kata Nadjib di hadapan anggota parlemen Australia.
Dia lalu mencontohkan insiden penembakan 10 anggota TNI di Papua pada Maret 2013 lalu yang tak dimuat media Australia. "Padahal ketika ditembak, anggota TNI sedang membantu masyarakat di ladang pertanian," katanya.
Nadjib juga menyoroti kenapa media di Australia tak memberitakan keistimewaan Papua dibandingkan provinsi lain di Indonesia. "Di Papua, hanya orang asli yang bisa jadi kepala daerah. Gubernur dan 42 Bupati serta Wali Kota di sana, semua orang Papua asli," katanya.
Tak hanya itu, Nadjib lalu bercerita bagaimana pembangunan di Papua saat ini tengah digenjot habis-habisan. "Saat ini tengah dibangun 15 pelabuhan baru dan 2.000 km jalan baru," katanya.
"Semua itu tidak pernah ada dalam pemberitaan di media Australia. Sebaliknya jika seseorang demonstran melakukan tindak kekerasan terhadap polisi kemudian ditahan, maka media di Australia langsung menyebut orang tersebut adalah tahanan politik," kata Nadjib lagi.
RILIS KBRI AUSTRALIA