Tempo.co, Jakarta-M. Rifqi Rahardjo keluar dari ruang periksa Pusat Khitan Paramadina, Pengadegan Timur Raya, Jakarta. Pagi itu, ia harus kontrol karena termasuk pasien khusus. Rifqi sunat atau khitan sepekan sebelumnya.
“Ia sempat gagal sunat. ‘Burungnya’terlihat kecil karena kegemukan,” kata Lisa Zahrianti, ibu Rifqi, saat ditemui Tempo, Sabtu dua pekan lalu. Bocah 11 tahun itu bobotnya memang di atas rata-rata, yakni 67 kilogram. Tulisan tentang sunat diungkap Majalah Tempo edisi terbaru, yang terbit Senin kemarin, bertajuk Membebaskan 'Saluran Air.'
Sebelum berhasil disunat, Rifqi sempat menjalani terapi hormon agar penisnya lebih besar. Namun, terapi tak sampai selesai karena terbentur biaya. Ia juga sempat melakukan diet, misalnya makan terakhir saat Mahrib. Jika malam mau makan, lebih baik mengonsumsi buah. Beruntung, meski diet hanya menurunkan 1-2 kilogram, dokter Lukman Nurdin, operator Pusat Khitan Paramadina, menyatakan Rifqi sudah bisa dikhitan. "Cuma sakit sedikit," kata Rifqi, "Saat disuntik bius dan dijahit."
Lukman menyunat Rifqi dengan menggunakan electric cauter. Ini alat khusus dengan elemen logam di ujungnya. Saat dialiri listrik, elemen akan panas dan memerah sehingga siap dipakai untuk memotong kulup alias kulit penutup kepala penis. Prosesnya, termasuk menjahit dengan benang khusus, tak sampai lima menit, beres. Orang awam sering menyebut sebagai khitan dengan teknik laser.
"Operator khitan harus bisa membedakan penis anak terlihat kecil karena kegemukan dan mikropenis," kata Lukman. Penis anak dengan obesitas terlihat kecil karena tertutup lemak di daerah kemaluan. Khitan masih sangat dimungkinkan, seperti dialami Rifqy. Sedangkan mikropenis, kondisi penis anak memang kecil dan "tidak ada" batang penis dari sono-nya. Itu sebabnya, terapi hormon diperlukan. Jika terapi tak jua berhasil menumbuhkan penis, kata Lukman, "Ya, terpaksa dilakukan operasi."
Khitan bagi anak dengan kegemukan dan mikropenis, juga biasa ditangani Rumah Sunatan di Jatiasih, Bekasi. "Ada teknik khusus untuk anak yang penisnya 'tenggelam' seperti hilang. Untuk kasus seperti ini, layanan kita ada di Jatiasih," kata dokter Santoso, operator Rumah Sunatan Depok, Jawa Barat, salah satu cabang Rumah Sunatan.
Bardo Djumeno, bong supit alias juru khitan Bong Supit Bogem, Yogyakarta, menyebut penis anak yang mengalami kegemukan seperti kepala kura-kura masuk lemak perut. Untuk menyunat, maka perut si anak harus ditekan dan dipencet agar penisnya muncul. "Kalau penis tidak bisa keluar, ya, harus ke dokter,” kata dia, “Harus diterapi dokter dulu, baru khitannya ditangani bong supit."
DWI WIYANA | M. SYAIFULLAH (YOGYAKARTA)