TEMPO.CO, Bandung- Enam pria mengenakan baju pangsi hitam dengan ikat kepala berjalan kaki dari desa mereka di Cibogo, Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang, sejak Senin lalu. Tujuannya ke Istana Presiden di Jakarta. Mereka bukan sedang ikut lomba gerak jalan, tapi akan mengadu ke Presiden.
“Air Waduk Jatigede akan menggenangi kampung kami pada September, padahal proses ganti rugi belum selesai. Karena itu kami akan mengadu ke Presiden,” kata Komarudin ketika ditemui di depan Gedung Sate, Bandung, Rabu, 22 Mei 2013.
Komarudin bersama Suharyana, Mulyana, Ade Tarsiman, Danuri, serta Yayan Heryana, kemarin sempat menginap di Bandung. “Hari ini kami mampir ke Gedung Sate karena ingin bertemu dengan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan,” ucap Komarudin. Namun Heryawan sedang dinas ke Jakarta.
Mereka membawa berkas tuntutan yang dibubuhi tanda tangan 32 kepala desa di wilayah calon Waduk Jatigede. Menurut Komarudin, warga yang terkena proyek tak hanya menuntut ganti rugi, tapi juga lahan pengganti. Saat ini, baru 4.500 dari 8 ribu warga menerima ganti rugi dan lahan pengganti.
Enam pria itu tidak mematok target tiba di Jakarta. Ade Tarsiman mengatakan, timnya akan menempuh rute jalur Puncak, melintasi Cimahi, Cianjur, Bogor dan berakhir di Istana. Mereka membawa pakaian, bendera Merah-Putih, tongkat kayu, peralatan masak, dan beras 8 kilogram.
Hingga kini, masih 4.701 keluarga yang tinggal di areal bakal genangan waduk. Dari jumlah itu, hanya 1.988 keluarga yang sudah mendapat kepastian ganti rugi. Waduk Jatigede dijadwalkan diresmikan Presiden Februari 2014. Waduk terbesar kedua di Indonesia itu setelah Jatiluhur ini, bisa mengairi 90 ribu hektare sawah di Indramayu dan Cirebon sekaligus memasok listrik 110 MW.
AHMAD FIKRI