TEMPO.CO, Jakarta -Banyak yang mengatakan kalau kini seiring dengan usia dan posisi Iwan Fals yang kian matang dan mapan tak lagi melahirkan lagu-lagu yang sarat kritik sosial seperti di masa lalu.
"Saya masih tetap sama seperti dulu, enggak berubah apapun kecuali rambut yang kini memutih termakan usia he he he," ujarnya santai saat ditemui Sabtu malam pekan lalu menjelang Top Coffe Concert Iwan Fals and Band di Lapangan Taman Wisata Wulandira, Serang Banten, Jawa Barat.
Sabtu malam ini, 1 Juni 2013, Iwan kembali mengadakan konser di Landasan Udara Wiriadinata, Tasikmalaya, Jawa Barat. Konser ini merupakan rangkaian konser di 15 kota di Indonesia yang berlangsung sejak 13 April lalu. Sebelumnya, sudah di kota Singkawang, Lampung, Purwakarta, Batam dan Serang.
Iwan mencontohkan dirinya masih sama seperti dulu sering mengalami kebingungan yang sangat kalau genteng di rumahnya bocor. Lalu tetap merasa khawatir dan was-was apabila kunci pintu rumah dibobol maling. Dia juga masih berinteraksi dengan orang lain.
"Pokoknya masih tetap sama, saya tidak ke mana-mana bahkan tidak terpikat untuk lari ke politik karena saya sadar kapasitas saya bukan di sana. Saya hanya seorang Iwan yang menangkap setiap hal kegelisahan yang terjadi di sekitar saya tuangkan lewat lagu. Tidak ada manipulasi, semua lahir dengan sendirinya,” kata dia panjang lebar.
Iwan melihat yang berubah saat ini adalah persoalan detail manusia. Kalau soal alam dan jaman menurut pengamatannya masih sama . Persoalan detail manuasia adalah populasi sekarang yang terus bertambah sangat memungkinkan munculnya percikan di sana sini. Karena itu dia mengimbau harus ada pengaturan manajemen manusia supaya memperkecil benturan-benturan yang ada.
Iwan menyuarakan hal begini melalui lagu-lagunya, dan sekarang setiap ia punya kesempatan ngomong langsung. “Ya kalau nunggu jadi lagu bagus cukup lama, mending ada kesempatan seperti begini langsung diomongi dan didengar,” dalihnya.
Dia mengatakan kondisi sekarang di mana kebosanan mulai melanda masyarakat terhadap pemerintahan dan para tokoh yang muncul yang menerima amanah rakyat tidak bisa menjalankan sesuai harapan rakyat.
“Padahal Indonesia sangat kaya, alamnya tongkat nkayu dilempar jadi pohon seperti kata Koes Plus belum lagi kita tidak perlu mengenakan mantel tebal untuk bertahan hidup sperti Negara lain. Kita telanjang dada saja alamnya bisa memberikan kehidupan. Persoalanya ya pada detail manusia tadi yang seharusnya menjunjung kejujuran, saling menghargai dan toleransi tidak memikirkan kepentingan pribadi atau golongan,” ungkapnya panjang lebar bersemangat.
HADRIANI P