TEMPO.CO, Jakarta - Adanya sinyal kepastian dari pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi menjadi sentimen positif yang menolong rupiah dari pelemahan lebih lanjut.
Di transaksi pasar uang hari ini, rupiah mengalami apresiasi 7 poin (0,07 persen) ke level 9.793 per dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah menguat terbatas di tengah tekanan dolar di pasar global yang masih kuat serta kondisi neraca perdagangan dalam negeri yang kembali defisit.
Analis dari PT Harvest International Futures, Ibrahim, mengatakan rupiah mengalami sedikit apresiasi setelah pemerintah memastikan kenaikan harga BBM bersubsidi akhir bulan ini. "Pernyataan Menteri perekonomian dan Menteri Keuangan direspons positif oleh pasar."
Janji pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi sebelum 17 Juni melegakan investor. Selama ini, ketidakpastian dan penundaan kenaikan harga BBM bersubsidi telah menyebabkan dolar semakin perkasa di di dalam negeri. Di pasar saham, ketidakpastian BBM mendorong aksi jual asing yang mencapai hampir Rp 10 triliun dalam dua pekan terakhir.
Meski demikian, menurut Ibrahim, kenaikan nilai tukar rupiah hanya bersifat sementara. Hal itu karena sentimen di pasar uang masih cenderung negatif. Neraca perdagangan Indonesia bulan April masih defisit US$ 1,6 miliar sehingga permintaan dolar untuk kebutuhan impor masih tinggi.
Sementara dari ekonomi global, isu bahwa Bank Sentral Amerika (the Fed) akan menghentikan stimulusnya masih menjadi perhatian investor. Dari Jepang, pidato Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe tentang pengaturan hubungan industrial kurang direspons positif oleh investor. "Pelaku pasar berharap Abe membicarakan stimulus," kata Ibrahim.
Hingga pukul 17.15 WIB, mata uang euro ditransaksikan di US$ 1,3062, pound sterling US$ 1,5360, dan yen 99,60 per dolar AS. Dari Asia, dolar Singapura ditransaksikan di 1,2484 per dolar AS, dolar Hong Kong 7,7601 per dolar AS, won 1.115,89 per dolar AS, dan yuan 6,1275 per dolar AS.
PDAT | M. AZHAR