TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina (persero) mencatat kerugian mencapai Rp 444 miliar akibat meningkatnya pencurian minyak di sejumlah pipa milik perusahaan. Tercatat, selama Januari 2012 hingga Maret 2013, produksi minyak yang hilang mencapai 463 ribu barel.
"Hampir setengah triliun dinikmati penjarah," kata Presiden Direktur Pertamina EP, Syamsu Alam dalam Editor Gathering di Hotel Four Season pada Senin, 10 Juni 2013.
Kerugian yang tercatat tersebut, Syamsu mengatakan, belum termasuk kerugian yang timbul akibat kebakaran dan kerusakan. Sementara itu, untuk Januari hingga April 2013, pencurian terjadi sebanyak 116 ribu barel. "Meningkat 21 kali lipat dibandingkan periode Januari hingga April pada 2012," ujarnya.
Ia mengaku telah mengekspose kasus pencurian ini sejak tahun lalu. Selain itu, pihaknya juga telah melaporkan pada Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan HAM. "Tapi hasil konkretnya belum jelas, pencurian masih terus berjalan," ujarnya.
Direktur Hulu Pertamina, Muhammad Husen mengatakan ranah penanganan dari tindak pencurian ini bukan kapasitas Satuan Kerja Khusus Pengatur Kegiatan Hulu Migas (SKK Migas). Menurut dia, SKK Migas pun masih sulit mengkategorikan minyak yang dicuri tersebut, terhitung produksi perusahaan atau bukan.
Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina, Karen Agustiawan meminta SKK Migas mengakui minyak yang dicuri dari jalur Pipa Tempino-Plaju sebagai produksi perseroan. Selama ini, SKK Migas belum mengakui minyak yang dicuri tersebut sebagai produksi Pertamina, sehingga perseroan kesulitan dalam memenuhi target yang ditetapkan dalam rencana kerja dan anggaran (work program and budgeting/WP&B).
AYU PRIMA SANDI
TOPIK Terhangat
Priyo Budi Santoso | Rusuh KJRI Jeddah | Taufiq Kiemas | Cinta Soeharto Bangkit? | Pemukulan Pramugari