TEMPO.CO, Jakarta- Berdasarkan hasil pembahasan postur anggaran sementara Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBNP) 2013, pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat menyetujui alokasi belanja subsidi turun sebesar Rp10 triliun. Menteri Keuangan Muhammad Chatib Basri mengatakan penurunan berdasarkan realisasi pembayaran dalam subsidi tersebut.
"Ada beberapa masalah teknis, karena pembayaran subsidi dilakukan berdasarkan realisasi. Jadi dengan melihat kemungkinan yang ada, subsidi bisa dibuat sekitar Rp 199,8 triliun dengan volume tetap 48 juta kiloliter," kata Chatib di Kompleks Parlemen, Rabu, 12 Juni 2013.
Berdasarkan postur anggaran sementara, belanja subsidi BBM, elpiji, dan BBN ditetapkan Rp 199,8 triliun. Angka ini turun dari pengajuan awal pemerintah dalam RAPBNP 2013 sebesar Rp 209,9 triliun. Adapun dalam APBN, belanja subsidi ditetapkan Rp 193,8 triliun.
Dalam rapat kerja antara Badan Anggaran dan Menteri Keuangan, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Bapennas, dan Gubernur Bank Indonesia siang ini juga disepakati defisit anggaran sebesar 2,38 persen atau Rp 224,1 triliun. Angka itu menurun dari pengajuan awal APBN Perubahan oleh pemerintah sebesar 2,48 persen.
"Kami dengan DPR berhasil memebuat defisit lebih rendah dari 2,48 persen menjadi 2,38 persen. Jadi ini memberikan gambaran kepada pasar dan masyarakat kondisi makro bisa dikendalaikan," kata Chatib.
Menurut Chatib, keputusan ini merupakan sinyal yang diberikan oleh pemerintah dan DPR untuk menjaga kondisi ekonomi makro secara hati-hati. "Jika angka defisitnya 2,48 persen ditambah defisit daerah 0,5 persen, mendekati 3 persen dan melanggar Undang-Undang. Kalau 2,38 persen, kekhawatiran defisit lebih dari 3 persen tidak akan terjadi," katanya.
Selain itu, Chatib menegaskan jika pemerintah akan menaikan harga BBM setelah rapat Paripurna Anggaran Perubahan digelar. "Tapi untuk tanggalnya itu Pak Presiden. Yang jelas setelah Paripurna kami jalankan," katanya. Dia juga memastikan dengan disepakatinya postur anggaran dan kepastian kenaikan harga BBM akan berdampak positif pada pasar modal dan bond market.
Ditanya dengan terus melemahnya nilai tukar rupiah apakah akan menyebabkan defisit anggaran kembali melebar, Chatib yakin hal itu tidak akan terjadi. Menurut dia, dengan ditetapkannya nilai tukar sepanjang tahun 2013 sebesar Rp 9.600 per dolar AS, maka kondisi defisit masih berada pada asumsi yang disepakati.
ANGGA SUKMA WIJAYA | MUHAMMAD MUHYIDDIN