TEMPO.CO, Jakarta - Melemahnya bursa regional serta sentimen negatif dari dalam negeri membuat indeks kembali melemah.
Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia hari ini terkoreksi 90,22 poin (1,92 persen) ke level 4.607,66. Indeks kembali ke area negatif setelah pada perdagangan hari sebelumnya menguat cukup signifikan.
Analis dari PT Millenium Danatama Sekuritas, Probo Sujono, mengatakan posisi indeks masih rawan tekanan jual karena sentimen regional dan domestik cenderung negatif. "Berlanjutnya tekanan jual asing serta pelemahan nilai tukar rupiah hingga menembus level 9.900 per dolar menjadi pemberat indeks."
Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia sebesar 25 basis poin menjadi 6 persen turut menjadi katalis negatif bagi indeks. Adapun sektor yang paling terdampak oleh kenaikan suku bunga ialah sektor perbankan, konstruksi, dan properti.
Menurut Probo, walaupun kenaikan relatif kecil, namun akan tetap terasa karena banyak emiten yang memiliki pinjaman jauh lebih besar dibanding ekuitasnya. "Imbasnya, tuntutan pendapatan yang harus disetor perusahaan bertambah."
Di samping itu, perhatian investor masih tertuju pada ketidakpastian stimulus moneter oleh Bank Sentral Amerika (The Fed). Pelaku pasar masih menunggu pertemuan The Fed pekan depan untuk mencari tahu kepastian kebijakan pembelian obligasi US$ 85 miliar per bulan itu.
Sebelumnya, investor menanti data pengangguran Amerika yang dirilis malam ini. Data ini akan menjadi sinyal yang menentukan nasib stimulus moneter. Apabila pengangguran bertambah, The Fed tampaknya akan meneruskan stimulus. Sebaliknya jika pengangguran berkurang, pasar akan merespons negatif.
Saham yang berpindah tangan hari ini mencapai 7 miliar lembar senilai Rp 11,1 triliun dengan frekuensi 198,9 ribu kali transaksi. Hanya 75 saham menguat, 218 saham turun, dan 54 tak berubah. Asing mencatat penjualan bersih Rp 1,4 triliun.
PDAT | M. AZHAR