TEMPO.CO, Surakarta-Candi selalu identik dengan bangunan cagar budaya. Candi, juga merupakan salah satu bukti peninggalan kebudayaan nenek moyang di masa lampau. Namun, Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah, memamerkan replika candi di pusat belanja modern di Solo, 20-25 Juni 2013.
Salah satu ruang di Solo Square itu disulap menjadi kawasan candi. Di ruang itu, terpajang sejumlah replika candi. Semuanya terbuat dari gabus, yang dibentuk hingga mendekati aslinya. Ada Candi Sukuh, Candi Plaosan hingga jajaran Candi Sewu. Masing-masing memiliki keunikan.
Candi Plaosan, misalnya, dianggap istimewa karena berada di kawasan Candi Prambanan. Selain memiliki dua lantai, Candi Buddha yang dibangun pada abad VIII itu, terletak di kawasan candi Hindu.
Candi Sukuh, juga dianggap istimewa, dengan ragam reliefnya. Selama ini candi itu terkesan porno lantaran beberapa reliefnya menampakkan kelamin pria dan wanita. Di pameran itu, ada sejumlah keterangan, bahwa kesan tersebut salah. Relief tersebut melambangkan kesuburan sebagai ciri khas masyarakat agraris.
Selain replika bangunan candi, beberapa replika bangunan tua juga dipajang. Satu di antaranya, gedung Lawang Sewu di Kota Semarang. Juga, ada replika rumah joglo, yang merupakan karakter khas bangunan Jawa. Sejumlah atapnya dibiarkan terbuka, sehingga pengunjung leluasa melongok bagian dalam rumah itu secara lengkap.
Pameran digelar untuk memperingati seabad Balai Pelestarian Cagar Budaya. Pameran sengaja digelar di pusat belanja modern yang cukup megah, karena untuk mengedukasi masyarakat moderen. "Mengenai pentingnya merawat peninggalan budaya," kata Kepala BPCB Jawa Tengah, Sri Ediningsih, Kamis 20 Mei 2013. Masalahnya, saat ini banyak bangunan heritage dimiliki kalangan menengah ke atas.
Merawat bangunan heritage memang bukan perkara mudah. Perawatannya juga membutuhkan beaya yang tidak murah. Setiap tahun, BPCB Jawa Tengah membelanjakan anggaran hingga Rp 20 miliar untuk merawat serta merestorasi bangunan cagar budaya.
AHMAD RAFIQ