TEMPO.CO , Jakarta:Penyakit demam berdarah yang diakibatkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypty sudah sering terdengar di wilayah tropis khususnya Indonesia. Kasus demam berdarah dengue pun cukup banyak terjadi, tidak hanya di wilayah pedesaan namun juga di daerah perkotaan. Beberapa aksi pencegahan seperti melakukan penyemprotan obat anti nyamuk hingga kebiasaan menguras tempat air, menutup tempat penyimpanan air, serta mengubur sampah plastik pun sudah menjadi kampanye pemerintah mengurangi jumlah kasus yang cukup marak itu.
Namun saat ini, satu penelitian yang dilakukan di Australia menemukan cara lain untuk mengurangi penyebaran penyakit akibat nyamuk itu. "Kami menggunakan bakteri Wolbachia untuk kurangi jumlah DBD," kata pemipin penelitian itu, Prof Scott O'Neill di Hotel Four Seasons, Jakarta 17 Juni 2013.
Bakteri wolbachia adalah bakteri yang biasa hidup di sekitar 70 persen serangga di dunia. Bakteri ini ada di serangga seperti kupu-kupu, lalat, ngengat, namun ternyata tidak terdapat di nyamuk yang biasa membawa virus demam berdarah dengue.
Maka O'Neill dan timnya pun melakukan penelitian dengan memasukkan bakteri Wolbachia ke dalam embrio nyamuk yang biasa menularkan virus DBD sehingga nyamuk itu mengandung sel wolbachia di dalam tubuhnya. "Penelitian ini membutuhkan jarum yang sangat kecil dan waktu bertahun-tahun," katanya.
Bakteri ini dapat memblokir terinfeksinya nyamuk oleh virus dengue yang menyebabkan demam berdarah. Nyamuk yang sudah mengandung wolbachia itu pun akhirnya tidak dapat menyebarkan virus itu ke tubuh manusia. "Manusia tidak akan merasakan perbedaan antara digigit oleh nyamuk yang mengandung wolbachia ataupun tidak. Dan ini bakteri ini aman untuk manusia," kata peneliti dengan gerakan bernama Eliminate Dengue ini yakin.
Nyamuk yang mengandung bakteri ini pun hidupnya akan menjadi lebih singkat. Dari biasanya usia nyamuk berkisar sekitar 30 hari, setelah mengandung Wolbachia, nyamuk itu bisa hanya berusia 15 hari saja. "Hal ini juga dapat mengurangi berkembangnya virus DBD, karena nyamuk betina yang dapat menularkan virus DBD itu, biasanya berusia 30 hari. Dengan usia yang lebih muda, semakin sedikit pula jumlah nyamuk yang dapat menularkan virus itu," katanya.
Saat ini, penelitian itu dilakukan di berbagai negara, khususnya wilayah tropis yang memiliki jumlah kasus demam berdarah yang cukup tinggi. Penelitian yang secara internasional didanai oleh Bill & Melinda Gates Foundation ini sedang mengembangbiakan populasi nyamuk yang mengandung bakteri Wolbachia.
Hal itu dengan cara mengawinkan antara nyamuk yang sudah mengandung Wolbachia dengan yang belum. "Di Australia kami sudah mulai menyebarkan nyamuk yang memiliki Wolbachia di beberapa pemukiman agar mereka berbaur dengan nyamuk yang belum mengandung bakteri itu,"katanya. Ia berharap, dengan jumlah nyamuk yang dapat menghambat pertumbuhan virus demam berdarah yang semakin banyak, maka, semakin sedikit pula manusia yang akan terkena gigitan nyamuk yang bervirus DBD itu.
MITRA TARIGAN
Baca Juga:
Cara Jokowi-Ahok Taklukkan Wakil Rakyat
Ini Masukan Radja Nainggolan untuk Timnas U-23
Beredar Kabar, Sabtu Harga Harga BBM Mulai Naik
Perkosa 11 Gadis, Politikus Dieksekusi di Cina
Lion Air Tantang AirAsia dan Tiger Airways