TEMPO.CO, Surabaya - Sekretaris Direktorat Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Patdono Suwignyo mendorong terselenggaranya pameran hasil-hasil penelitian dari Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia. Menurutnya, ajang pameran sangat dibutuhkan sebagai media sosialisasi hasil riset kepada kalayak dan kalangan industri.
Sebab, menurut Patdono, masih banyak hasil penelitian ilmiah dari internal kampus yang kurang tersosialisasikan dengan massif. Ia mengklaim, usulan ini merupakan terobosan baru dari Dikti. "Tapi yang dipamerkan harus hasil penelitian yang sudah diketahui manfaatnya bagi masyarakat, bukan penelitian awal," ucap Patdono saat kunjungan ke Tropical Disease Center Universitas Airlangga Surabaya, Minggu, 23 Juni 2013.
Tahun ini, kata dia, dana penelitian yang dianggarkan mencapai Rp 1,3 triliun dari Rp 39,5 triliun total anggaran Dikti dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2013. Patdono mengingatkan, anggaran itu difokuskan untuk penelitian yang sudah diketahui potensi manfaatnya. Dengan begitu, kucuran dana APBN ke peneliti dan lembaganya, tidak sia-sia.
Patdono menambahkan, fokus utama kegiatan riset saat ini bukan lagi mengejar pangkat bagi dosen peneliti tapi bagaimana caranya agar hasil riset itu berguna bagi kepentingan masyarakat luas. Karena itu anggaran penelitian untuk PTN, setiap tahun pasti naik dan wajib diserap.
Pihaknya juga terus menjalin sinergi dengan kementerian lain, seperti Kementerian Pertanian, Perdagangan, Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian BUMN, Kementerian Perindustrian serta kalangan pengusaha swasta. Harapannya, hasil penelitian yang memiliki potensi untuk diterapkan, dapat terserap lewat kerja sama ini. "Kita akan gandeng perusahaan-perusahaan sebagai konsumennya untuk produk riset PTN ini," Kata Patdono
Ketua Tropical Disease Center Univeristas Airlangga Profesor Nasronuddin mengatakan, ada 12 hasil penelitian yang ditawarkan ke BUMN. Petrokimia Gresik, kata ia, sudah melirik hasil riset enzim sebagai bahan campuran makanan ternak dan pupuk. Begitu pula hasil riset Proteomik yang dilirik oleh PT Perkebunan Nusantara.
Menurut Nasronuddin hasil riset enzim mampu menggemukkan sapi dan kambing tanpa menurunkan kualitas dagingnya. Saat ini tim peneliti sudah menguji coba enzim di peternakan Provinsi Lampung, selanjutnya di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. "Mengfermentasi rumput, sehingga lebih mudah dicerna. Ada kandungan minyak jagung, sari kacang kedelai plus konsentrat," kata dia.
DIANANTA P. SUMEDI