TEMPO.CO, Yogyakarta - Lokasi Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) yang genap berusia seperempat abad atau 25 tahun pada 2013 ini dipindahkan. Jika pada penyelenggaraan pertama hingga ke-24 dilaksanakan di seputar benteng Vredeburg, maka mulai 2013 dipindahkan ke komplek Pasar Ngasem Yogyakarta.
"Festival Kesenian Yogyakarta ke-25 ini boyongan (pindah tempat). Pasar Ngasem dipilih karena bekas pasar burung di Yogyakarta yang mempunyai nilai historis untuk Yogyakarta," kata Sekretaris Daerah DIY Ichsanuri saat membuka FKY 2013 di Plaza Ngasem, Yogyakarta, Selasa malam, 25 Juni 2013.
Ritual boyongan ditandai dengan pawai peserta FKY dari benteng Vredeburg ke pasar Ngasem. Peserta pawai adalah barisan para prajurit kraton Yogyakarta bregodo wirabrojo dan mantrijero bersenjata laras panjang dan tombak. Kemudian prajurit puro Pakualaman bregodo lombok abang dan plangkir, tiga gerobak sapi, sendratari, dan kesenian angguk. "Gerobag sapi itu tanda boyongan itu sendiri," kata Ichsanuri.
Selain lokasinya, hal yang berbeda dari pelaksanaan FKY kali, menurut Ichsanuri adalah keistimewaan dalam pemilihan waktu pelaksanaan. Lantaran waktunya bertepatan dengan liburan sekolah. "Sehingga masyarakat dan wisatawan diharapkan bisa menyaksikan event ini," kata Ichsanuri.
Sehingga rekreasi sebagai temanya dinilai tepat untuk pelaksanaan FKY tahun ini. Rekreasi merupakan tema yang mempunyai dua makna. Rekreasi yang berasal dari bahasa Inggris re-create yang berarti berkreasi kembali dan rekreasi yang bisa diartikan sebagai kegiatan berwisata seperti olahraga, berwisata, dan menjalankan hobi sebelum menjalani rutinitas kembali.
Ketua Umum FKY ke-25 Setyo Harwanto menambahkan, gelaran tersebut diikuti 500 komunitas seni, kuliner, juga kelompok ekonomi kreatif. "Tidak hanya pegiat seni yang terlibat, tetapi juga masyarakat umum. Biar potensi yang ada di Yogyakarta bersinergi dan saling menguatkan," kata Setyo.
Sinergisitas itu ditunjukkan melalui logo FKY ke-25 yang berupa anyaman berwarna-warni. Filosofinya, anyaman itu nantinya bisa berfungsi sebagai wadah bagi masyarakat dan seniman untuk berkreasi.
Acara yang berlangsung 25 Juni hingga 5 Juli tersebut dibuka tidak dengan pemukulan gong seperti biasa. Melainkan peluncuran baling-baling yang diberi lampu berwarna merah, biru, dan ungu ke udara oleh Ichsanuri diikuti Kepala Dinas Kebudayaan DIY Gusti Bendara Pangeran Haryo (GBPH) Yudaningrat dan Setyo Harwanto serta masyarakat yang mengikuti pembukaan FKY.
Baling-baling yang berjatuhan kembali ke atas panggung menjadi rebutan bocah-bocah. Mereka melontarkan kembali ke atas dengan cara menarik karetnya serupa ketapel. Acara pembukaan juga dimeraihkan dengan aksi kelompok seni Acapela Mataraman yang menyebut dirinya sebagai laskar cangkem (mulut). Lantaran mereka berkreasi dengan mengandalkan suara, baik untuk menyanyi, membunyikan aneka alat musik, dan bebunyian lainnya.
Atraksi yang berbeda pula malam itu adalah tampilan Yogyakarta video mapping roject yang melibatkan 24 orang perupa, Acapela Mataraman, juga disk jokey. Mereka memanfaatkan sisa dinding Taman Sari yang berdiri di belakang pasar Ngasem sebagai latar belakangnya. Atraksi yang mengandalkan peralatan digital itu menampilkan rupa-rupa gambar berwarna pada dinding Taman Sari yang disorot dengan pencahayaan. Sehingga mirip seperti gambar bergerak.
PITO AGUSTIN RUDIANA
Topik terhangat:
Ribut Kabut Asap | PKS Didepak? | Persija vs Persib | Penyaluran BLSM
Berita lainnya:
PKS: Dakwaan Luthfi Aneh dan Lucu
Mabes: Dua Polisi Tertangkap Bawa Rp 200 Juta
Polisi Tetapkan 9 Tersangka Pembakar Hutan
Lirik Nakal 'Rekening Gendut' Iwan Fals
Caleg Golkar Tewas di Lokalisasi