TEMPO.CO, Jakarta - Popularitas bekas Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal (Purnawirawan) Pramono Edhie Wibowo untuk menjadi calon presiden dinilai sejumlah pengamat politik masih rendah. “Dia bukan sosok yang dikenal masyarakat secara luas,” kata Direktur Eksekutif Lingkar Survei Indonesia Dodi Ambardi saat dihubungi Tempo, Ahad, 30 Juni 2013.
Menurut Dodi, panggung militer pada saat ini sudah berbeda dengan zaman Orde Baru, yang masih diperintah oleh Soeharto. “Dulu kan jabatan Kepala Staf Angkatan Darat, Laut, atau Udara sangat populer dan yang mendudukinya otomatis dikenal secara luas,” ujar Dodi, menambahkan.
Nama Pramono Edhie digadang-gadang sebagai kandidat kuat calon presiden dari Partai Demokrat. Adik ipar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini diprediksi menjadi kuda hitam dalam konvensi penjaringan calon presiden Demokrat. Indikasi itu menguat setelah pekan lalu dia resmi bergabung ke Demokrat sebagai anggota Dewan Pembina.
Untuk kalangan internal Demokrat, kata Dodi, kans Pramono Edhie maju di konvensi sangat besar. “Internal Demokrat pasti setuju saja apalagi kalau didukung oleh SBY,” katanya. Namun soal kans adik kandung Ani Yudhoyono ini menang di konvensi, ujarnya, belum tentu besar.
“Karena mekanisme pemilihan pemenang konvensi kan ditentukan suara publik. Padahal dia belum terlalu populer.” Model komando untuk mendukung Pramono Edhie, dalam arti instruksi langsung dari atasan ke bawahan, dia berpendapat, bisa diterapkan untuk internal Demokrat. “Tapi untuk masyarakat tidak bisa, karena modal utamanya ya popularitas.”
PRAGA UTAMA