TEMPO.CO, BANDUNG--Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral,Surono mengatakan, lembaganya hari ini memberangkatkan tim penelitinya untuk memeriksa kondisi pasca gempa yang melanda Kabupaten Bener Meriah, Nanggroe Aceh Darussalam.
"Tim hari ini berangkat, kepentingan dari sisi kita untuk strategi mitigasi," kata dia saat dihubungi Tempo, Rabu, 3 Juli 2013.
Menurut Surono, timnya akan menuju Kabupaten Bener Meriah untuk memeriksa akibat gempa itu dan meneliti ancaman bencana susulannya. Lembaganya, kata dia, memiliki tugas menyiapkan strategi mitigasi untuk becana geologi, yakni longsor, gempa bumi, serta letusan gunung api.
Surono mengatakan, penyebab gempa itu adalah bergeraknya segmen Sesar Sumatera. ". Segmen itu yang bergerak. Terus ada gempa susulan relatif besar," ujar Surono.
Menurut dia, sempat terjadi 2 kali gempa susulan dengan kekuatan di atas 5 skala Richter, kendati lebih kecil dari gempa pertama berkekuatan 6,2 skala Richter, Selasa, 2 Juli 2013 pukul 14.37 WIB.
Surono mengatakan, pihaknya mengkhawatirkan kondisi geologi Kabupaten Bener Meriah, Aceh yang masuk kategori Zona Kerentanan Gerakan Menengah-Tinggi. Menurutnya, gempa bisa memicu longsor di wilayah yang masuk kategori rentan gerakan tanah tinggi. "Begitu tergoncang gempa, longsor,"ujar dia.
Dia berkaca pada kejadian gempa bumi yang melanda Sumatera Barat dan Jawa Barat pascagempa relatif besar. Surono menuturkan, kala itu, korban tewas separuhnya terjadi akibat tertimbun longsor. Surono mengatakan, warga yang meninggal 50 persen akibat tertimbun longsor. "Orang tidak melihat penyebabnya tertimbun longsor, orang bicaranya karena gempa,"tutur Surono.
Menurut dia, kemungkinan terjadinya gempa susulan masih ada karena sumber gempanya berada di Sesar Sumatera. Pasalnya sesar bernama Sumatra Fault ini besar dan tidak stabil. Dengan gempa (pertama) lebih dari 6 skala Richter, disusul dua kali gempa lebih dari 5 skala Richter.
Mengantisipasi kemungkinan ancaman longsor, Surono meminta warga di Kabupaten Bener Meriah yang bermukim di wilayah berada di bawah lereng, agar waspada. Dia menyarankan agar warga memeriksa bagian atas lereng itu untuk mencari ada tidaknya tanah yang retak-retak. "Bagi masyarakat yang berada di bawah lereng, dan bagian atasnya retak, lebih baik mengungsi saja. Karena dengan adanya gempa susulan, retakan tanah bisa makin lebar dan memicu longsor," ucap dia.
Bagian atas lereng yang retak juga berpotensi longsor jika curah hujan di wilayah itu tinggi. Retak ini menurut Surono bisa memciu longsoran. Daerah Bener Meriah merupakan daerah yang banyak endapan vulkanik, karakteristik tanahnya lolos air tinggi. Karena hujan yang terjadi terus menerus, barang yang mempunyai berat seperti itu, digocang menjadi sangat labil.
Surono juga meminta agar warga memeriksa kondisi rumahnya, mengingat gempa susulan masih terjadi. Dia juga menyarankan pemerintah daerah Bener Meriah, untuk wilayah permukiman yang banyak ditemukan permukiman warga yang rumahnya retak-retak agar menyetop sementara aliran listrik menuju permukiman itu.
"Memang tidak nyaman terkena gempa bumi, listrik harus dimatikan. Kalau tidak, terjadi ambrukan justru bisa diikuti kebakaran, bahaya. Apalagi kalau tiang listrik dengan kabel yang masih berseliweran ambruk, bahaya juga," Surono menjelaskan.
AHMAD FIKRI
Berita terpopuler:
Demonstran Wanita 'Diraba-raba' di Tahrir Square
Militer Mesir Beri Waktu Mursi 48 Jam
Jawaban 21 Negara yang Dimintai Suaka Snowden
Bush: Snowden Rugikan Amerika
Mesir Memanas, KBRI Tingkatkan Pengawasan WNI