TEMPO.CO, Pamekasan - Aliansi Asosiasi Petani Garam Rakyat Indonesia (A2PGRI) memastikan produksi garam nasional pada 2013 akan turun drastis. "Anjlok karena musim kemarau tahun ini tergolong kemarau basah," kata Anggota Presidium A2PGRI Faisol Baidlowi, Sabtu 6 Juli 2013.
Menurut dia jika pada 2012 lalu produksi garam nasional mencapai 1,4 juta ton maka tahun ini diprediksi anjlok sekitar 30 persen atau tinggal pada kisaran 900 ribu ton. Itu pun dengan catatan mulai awal Juli ini tidak lagi turun hujan. "Kalau masih hujan, berarti tidak ada panen garam tahun ini," ujar Faisol.
Faisol menjelaskan bahwa awal musim garap lahan garam dimulai pada Mei setiap tahunnya. Pada Juli biasanya musim panen tahap pertama dan disusul panen raya garam pada Agustus. "Kalau bulan ini cuacanya normal, panen raya akan datang pada sekitar September hingga awal Oktober," kata dia.
Sementara itu pantauan Tempo di Kecamatan Tlanakan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur puluhan hektar lahan garam dibiarkan terbengkalai dan belum ada tanda-tanda akan digarap. Sejumlah petani terlihat hanya memperbaiki saluran irigasi dari laut ke lahan mereka.
Mastuki, seorang petani, mengatakan dirinya masih takut menggarap lahan karena takut merugi. Biaya garap lahan garam sekitar Rp 50 ribu perhari. "Dulu sudah pernah digarap, langsung diguyur hujan, rusak lagi," kata Mastuki.
Saat tidak menggarap lahan garam, Mastuki mengaku mengisi kegiatannya dengan menarik becak dengan pendapatan Rp 40 hingga 50 perhari. "Buat makan sehari-hari," kata dia.
MUSTHOFA BISRI