TEMPO.CO, Bojonegoro - Memasuki bulan puasa cabai rawit menghilang di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Kalau pun ada yang menjual, harganya mencapai Rp 60 ribu per kilogram dan sempat naik hingga Rp 70 ribu.
Cabai berukuran kecil dengan warna merah menyala ini susah ditemui di penjual sayuran. Di Pasar Besar Bojonegoro, hanya sejumlah kecil pedagang sayuran yang menjual cabai rawit. Begitu juga dengan penjual di di Pasar Banjarejo, Pasar Kecamatan Dander; Pasar Kapas, Pasar Kalitidu dan beberapa pasar di kecamatan juga mengalami kelangkaan salah satu bumbu dapur ini.
Baca Juga:
Langkanya cabai rawit sebenarnya sudah terjadi sekitar tiga hari lalu. Sejumlah pedagang sayuran menyebutkan, cabai rawit sulit didapat karena stok dari petani menipis. Selain itu, banyak ditemukan cabai rawit yang dijual dalam keadaan busuk sehingga pedagang menolak membeli. “Karena mahal, saya tidak berani membeli,” ujar Yati, pedagang sayuran di Pasar Besar Kota Bojonegoro, Selasa 9 Juli 2013.
Harga normal cabai rawit di kisaran antara Rp 15 ribu - Rp 20 ribu per kilogram. Kenaikan cabai rawit hingga tiga kali lipatnya ini terjadi dua kali dalam 2013 ini. Pada Maret lalu kenaikannya juga mencapai Rp 70 ribu perkilogram.
Di Pasar Pandang Agung, Kecamatan Soko, KabupatenTuban, harga cabai rawit juga melejit hingga Rp 70 ribu perkilogram. Akibatnya warga kesulitan menemukan bumbu dapur dengan rasa pedas itu. Tetapi dalam dua hari terakhir ini harganya mulai turun menjadi Rp 50 ribu. “Harga memang turun, tapi barangnya langka,” kata Santoso, pedagang bakso di Kecamatan Soko.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bojonegoro, Bambang W Suharno membenarkan jika cabai rawit langka di pasaran. Penyebabnya, stok cabai rawit dari petani menurun. Situasi ini terjadi sebagai dampak dari cabai rawit yang ada di areal persawahan membusuk akibat hujan yang turun berturut-turut dua pekan ini. “Ya, memang berkurang di pasaran,” kata dia.
Bambang menambahkan, tak hanya hasil kebun dari cabe rawit yang membusuk. Sejumlah petani bawang merah di Bojonegoro bagian selatan juga mengeluh karena tanamannya membusuk karena terendam air hujan.
SUJATMIKO