TEMPO.CO, Kairo - Rekaman video wartawan Mesir yang ditembak mati seorang sniper itu kini menjadi bukti penting kekejaman militer Mesir. Ahmed Samir Assem, fotografer lepas harian Al-Horia Wa Al-Adala tersebut merekam sepanjang 20 menit kekejaman itu sebelum sebuah peluru mengakhiri hidupnya.
Dalam video yang diunggah Youtube dan Facebook beridentitas Samir Assem itu tampak sang penembak jitu menembak ke arah kerumunan. Sang sniper mengenakan seragam tentara Mesir. Ia berada di ketinggian dan tampak sejajar dengan posisi Assem yang berada di atas sebuah gedung. Jarak antara sniper dan Assem cukup jauh. Gambar sniper yang direkam Assem itu terlihat buram.
Dalam rekaman itu, sang sniper beberapa kali menembakkan senjata ke arah bawah ke tengah kerumunan pendukung presiden Mesir Muhammad Mursi yang terguling. Para demonstran itu baru saja menunaikan salat subuh dan berkumpuldi luar markas Garda Republik di Kairo yang diduga menjadi tempat penahanan Mursi.
Samir Assem, 26 tahun, tampaknya tak menduga sniper tersebut melihat aktivitasnya merekam penembakan demonstran itu. Setelah dua kali menembak dan menunduk, seperti tergambar dalam laman Youtube (lihat http://www.youtube.com/watch?v=Mo4SNhNepi8), tiba-tiba penembak jitu itu mengarahkan senapannya ke wajah Assem. Assem yang tertembak kepalanya itu pun tersungkur. Dalam sekejap kamera Assem mati.
Al-Ikhwan Al-Muslimin yang merupakan kelompok pendukung Mursi pun menunjukkan video itu dalam konperensi pers mereka kemarin. Mereka hendak menggunakan video itu sebagai bukti kekejaman militer Mesir.
Saudara Assem, Eslam, 29, mengatakan Assem adalah lulusan Fakultas Komunikasi Universitas Kairo. Ia telah mengumpulkan 10 ribu foto dalam arsip pribadinya sejak menjadi fotografer tiga tahun lalu.
Ia bekerja untuk koran Al-Horia Wa Al-Adala, surat kabar resmi Partai Kebebasan dan Keadilan, sayap politik Al-Ikhwanul Al-Muslimin. Begitu Mursi terguling, Assem pun berada di garis depan peliputan. Pilihannya bergabung ke Al-Ikhwan telah membuatnya bertentangan dengan keluarganya yang menjadi pendukung pemimpin nasionalis akhir Mesir, Gamal Abdal Nasser.
The Telegraph | YR