TEMPO.CO, North Carolina - Lebih dari dua juta kematian terjadi di seluruh dunia setiap tahunnya. Menurut penelitian baru-baru ini, hal tersebut diakibatkan oleh polusi udara yang disebabkan langsung oleh manusia.
Penelitian yang telah diterbitkan di IOP Publishing jurnal Environmental Research Letters pada Jumat, 12 Juli 2013, memperkirakan kalau sekitar 470 ribu orang meninggal setiap tahun akibat emisi gas buangan kendaraan manusia yang berekasi dengan oksigen yang menyebabkan tingkat ozon semakin tinggi. Selain itu, sebanyak 2,1 juta orang setiap tahunnya diprediksi bakalan meninggal karena menghirup partikel hitam yang halus atau disebut PM2.5s, yang berasal dari mesin diesel, pembangkit listrik dan pembakaran batu bara. PM2.5s merupakan salah satu penyebab gangguan paru-paru, kanker dan penyakit pernapasan lainnya.
Salah satu tim peneliti dari University of North Carolina, Jason West, mengungkapkan kalau polusi udara sekarang ini menjadi salah satu faktor terbesar yang mempengaruhi buruknya kesehatan manusia. "Kami memprediksikan Asia Timur dan Asia Selatan menjadi wilayah dengan tingkat kematian yang tinggi karena populasi penduduknya yang padat dan polusi udaranya yang terbilang parah," kata West seperti dikutip The Guardian.
West juga menepis anggapan perubahan iklim menjadi penyebab meningkatnya jumlah kematian belakangan ini. Peneliti bergelar doktor itu menunjukkan data penelitian bersama rekan-rekannya bahwa sejak tahun 1850, jumlah kematian akibat perubahan iklim hanya sekitar 1.500 kematian setiap tahun. Polusi udara masih menjadi yang tertinggi, yakni dengan menyumbang angka kematian sebesar 2.200 setiap tahunnya yang berasal dari ozon dan PM2.5s.
Para ilmuwan telah menggunakan model komputer iklim untuk menstimulasikan konsentrasi ozon dan PM2.5s di tahun 2000 dan 1850. Ada 14 model simulasi tingkat ozon dan enam model tingkat simulasi PM2.5s. Studi epidemiologis kemudian digunakan untuk mengkaji bagaimana kaitan tingkat polusi udara dengan jumlah kematian yang ada di seluruh dunia.
GUARDIAN|HYS