TEMPO.CO, Bandung - Pakar transportasi dari Teknik Sipil ITB Ofyar Z Tamin mengatakan, sedikitnya ada 3 faktor penyebab sering rusaknya jalan pantai utara (pantura). Penyebab utama kerusakan adalah overloading atau muatan berlebih kendaraan-kendaraan besar seperti truk yang melintas di atas jalan ini. "Itu sudah jelas terlihat, harusnya jalur Pantura memakai jembatan timbang," katanya, Rabu, 17 Juli 2013.
Menurut dia, selusinya adalah mengurangi beban atau isi kendaraan, bukan mengurangi volume atau jumlah kendaraan besar yang lewat. Syarat pembatasan beban, terutama bagi truk besar, itu menjadi satu kesatuan sistem dalam perbaikan atau pemeliharaan jalan pantura. "Aturan itu juga untuk mengurangi risiko terjadinya kecelakaan," ujarnya.
Musabab kedua adalah buruknya drainase jalan. Air adalah musuh utama ruas jalan beraspal. Sehingga drainase buruk akan menyebabkan jalan tergenang air sehingga lebih cepat rusak. "Air itu merusak aspal, jadi kalau ada lubang sedikit, harus segera ditambal supaya lubangnya tidak melebar," katanya. Solusi lain bisa dilakukan dengan cara membuat jalan beton. Beton akan menjadi kuat jika bercampur dengan air. Namun kata Ofyar, biaya pembangunan jalan beton lebih mahal dibanding aspal.
Sedangkan faktor perusak ketiga adalah kualitas pembangunan jalan yang tidak sesuai spesifikasi. Untuk membuktikannya, kata Ofyar, perlu diteliti dari beberapa hal, seperti ketebalan aspal, komposisi material, dan kondisi tanah, serta pelapisan jalan sebelumnya. "Sangat bervariasi hitungannya, dan tidak bisa mencakup sepanjang pantura, melainkan harus diteliti per segmen," ujarnya. Cara itu pula yang digunakan untuk penghitungan biaya jalan pantura yang ideal.
Bila ketiga hal tersebut bisa diatasi, maka jalan di sepanjang pantai utara diyakini tidak akan mudah rusak. Alhasil, kemacetan transportasi di sana - terutama pada musim mudik dan balik lebaran- bisa dikurangi.
ANWAR SISWADI