TEMPO.CO, Canberra - Insiden jatuhnya empat bom milik pesawat tempur Amerika Serikat di gugusan karang Great Barrier Reef, membuat murka pemerintah Australia. Bom itu dijatuhkan ketika pesawat tempur AS melakukan latihan perang di sekitar wilayah tersebut.
Juru Bicara Partai Hijau Senator Larissa Waters menuding tindakan militer AS itu biadab. "Apakah ini cara Australia menjaga situs warisan dunia dengan membiarkan kekuatan asing menjatuhkan bom di atasnya," kata Waters, seperti dilansir Sky News, Senin, 22 Juli 2013.
Menurut Komando Ketujuh Pasukan AS, dua pesawat tempur AS jenis AV-88 Harrier meluncur dari kapal induk USS Bonhomme Richard pekan lalu. Kedua pesawat tersebut mengalami masalah teknis saat latihan tempur di Negara Bagian Queensland sehingga terpaksa menjatuhkan muatan bom yang tidak meledak di wilayah Great Barrier Reef yang dilindungi pada Selasa lalu.
Empat bom seberat 1,8 ton itu dijatuhkan ke perairan lebih dari 50 meter dari wilayah gugusan karang. Awalnya, kedua pesawat tempur itu hendak melepaskan bom di Pulau Townshend, tetapi membatalkannya setelah wilayah itu dinyatakan berbahaya.
“Saat petugas hendak menjatuhkan bom, ternyata ada perahu berisi nelayan di perairan tersebut, sehingga kami harus mencari lokasi pengganti,” ujar William Marks dari militer AS. Tetapi ia tidak dapat menjelaskan kehadiran warga sipil dalam wilayah latihan tempur itu.
Ketika dijatuhkan, keempat bom itu tidak meledak. Kedua jet tempur yang merupakan bagian dari unit Ekspedisi Biota Laut ke-31 itu, diketahui kehabisan bahan bakar dan tidak akan bisa mendarat jika masih membawa bom. Mereka akhirnya memutuskan untuk melepaskan bom di wilayah gugusan karang. Marks juga mengaku telah berkoordinasi dengan otoritas Australia sebelum membuat keputusan ini.
Greet Barrier Reef adalah gugusan karang terbesar di dunia dan kaya akan biota laut. Gugusan karang itu membentang sepanjang sekitar 2.896 kilometer di wilayah utara Australia.
L SKY NEWS | CHANNEL NEWSASIA | SITA PLANASARI AQUADINI