TEMPO.CO, Surabaya - Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Salahuddin Wahid, menyayangkan delapan syarat yang diminta ulama Madura kepada pengungsi Syiah Sampang untuk kembali ke kampung halamannya. Ulama sepuh Nahdlatul Ulama (NU) ini menilai syarat-syarat yang sangat memberatkan warga Syiah, apalagi terkait keyakinan, tidak perlu diajukan jika mereka benar-benar ingin berdamai.
"Kalau masih ada syarat berarti mereka tidak mau untuk berdamai," kata adik kandung Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid ini saat dihubungi, Rabu, 24 Juli 2013.
Gus Solah--demikian Salahuddin biasa disapa--mengatakan, dalam upaya rekonsiliasi, tidak perlu ada syarat yang mengharuskan warga Syiah Sampang untuk kembali ke ajaran Sunni. Yang terpenting dalam rekonsiliasi, warga Syiah Sampang siap untuk hidup damai dan rukun dengan warga Sunni di Madura.
“Itu sudah cukup. Tidak perlu dikait-kaitkan dengan persoalan yang lain sehingga menyebabkan persoalan semakin melebar,” kata dia. Sebaliknya, warga Syiah Sampang, kata Gus Solah, juga harus menghargai warga Sunni.
Salahuddin meminta konsep toleran dan Islam moderat yang merupakan prinsip NU diamalkan di dalam masyarakat dengan saling menghargai dan menghormati sesama manusia, termasuk yang berbeda agama maupun keyakinan dan akidah. "Kalau saya, sih, begitu, tapi tidak tahu kalau ulama NU yang lain," katanya.
Gus Sholah meminta agar ulama Sunni di Madura bisa menerima kembali warga Syiah Sampang tanpa harus memaksa mereka untuk meninggalkan keyakinannya dalam berakidah. "Mereka punya hak untuk menentukan akidahnya, dan juga punya hak untuk hidup bebas di kampung kelahirannya," katanya.
Badan Silaturahim Ulama dan Pesantren Madura meminta delapan syarat bila pengungsi Syiah Sampang ingin pulang ke kampung halamannya di Dusun Nangkernang, Desa Karanggayam, Omben, Sampang, Madura.
ARIEF RIZQI HIDAYAT
Berita Terpopuler:
SBY Ditegur Negara Lain Akibat Ormas Anarkis
Mengaku Diserang Preman, FPI Dituduh Bohong
Soal FPI, Menag Malah Minta Masyarakat Sabar
Ribut PKL Tanah Abang, Anak Buah Jokowi Bertengkar
Jenderal Rekening Gendut Tidak Etis Jadi Kapolri