TEMPO.CO,Surabaya- Menteri Agama Suryadharma Ali bertemu dengan perwakilan warga Syiah Sampang, ulama Madura, Ahlul Bait Indonesia (ABI) di ruang VVIP Bandara Juanda Surabaya, Kamis, 25 Juli 2013. Suryadharma didampingi Rektor Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Abdul A’la Basyir selaku ketua forum rekonsiliasi konflik Sampang.
Menurut A'la, pertemuan itu mencari titik temu antara ulama Madura dengan warga Syiah. “Suasana pertemua cukup bagus, dialognya kondusif,” kata A'la tentang pertemuan yang digelar secara tertutup itu.
A’la menambahkan, pertemuan membahas beberapa persoalan, di antaranya masalah delapan butir pernyataan ulama Madura jika warga Syiah ingin kembali ke Kampung halamannya di Dusun Nangkernang. Salah satu poinya ialah permintaan ulama agar penganut Syiah melakukan taubat nasuha.
Menurutnya, pernyataan tersebut tidak bisa dimaknai secara harfiah karena tidak muncul secara tiba-tiba. "Ada persoalan lain dalam konflik Sampang, sehingga ulama Madura sampai membuat pernyataan seperti itu," kata dia.
Menurut A’la, Jika persoalan itu bisa dijamin oleh pemerintah dan tim rekonsiliasi mampu memfasilitasinya, persoalan tersebut tidak akan muncul lagi. Ulama Madura, hanya meminta aqidah mereka tidak dicemari. Menurutnya permintaan itu merupakan hal yang wajar. “Saya yakin ulama bisa menerima warga Syiah lagi,” kata dia.
Saat ini, menurut A’la, tim rekonsiliasi dari IAIN akan mengkaji dan mengupdate kembali rumusan yang akan dibuat untuk mengatasai konflik Sampang sebelum diserahkan pada presiden. “Saya harus hati-hati betul agar proses menuju perdamaian tidak mengalami kemunduran,” katanya.
Soal keinginan Presiden agar pengungsi Sampang yang masih bertahan Jemundo dipulangkan sebelum Idul Fitri, A'la mengatakan bahwa hal itu sulit direalisasikan karena ditakutkan akan muncul persoalan baru. “Bukan tidak boleh kembali, tapi sebaiknya ditunda dulu pemulangannya,” ujar A'la.
ARIEF RIZQI HIDAYAT