TEMPO.CO, Minnesota - Meskipun terlihat tidak penting, ritual yang dilakukan ternyata bisa meningkatkan cita rasa makanan, demikian sebuah penelitian terbaru mengungkapkan.
Dalam penelitian ini, para ilmuwan meminta para relawan dalam kelompok pertama untuk mengkonsumsi sepotong cokelat setelah mereka diminta untuk melakukan serangkaian instruksi: Bagi dua sebatang cokelat tanpa membuka kemasannya. Buka sebagiannya dan makanlah. Kemudian buka sebagian lainnya dan makanlah.
Kelompok relawan yang lain diminta untuk rileks sementara waktu dan mengkonsumsi cokelat dengan cara apa pun yang mereka sukai. Hasilnya, para relawan yang mengkonsumsi cokelat dengan ritual tertentu (kelompok pertama) menilai bahwa cokelat yang mereka makan lebih enak dan cenderung untuk lebih memperhatikan kandungan cokelat tersebut ketimbang kelompok lainnya.
Temuan yang dipublikasikan situs Heath Day edisi 23 Juli 2013 ini menunjukkan bahwa ritual singkat dan artifisial bisa memberikan dampak tertentu pada cita rasa makanan, demikian diungkapkan hasil riset yang dipublikasikan online di jurnal Psychological Science edisi 17 Juli 2013.
Eksperimen kedua menemukan bahwa semakin lama jarak antara suatu ritual dengan mengkonsumsi makanannya membuat orang percaya bahwa wortel terasa lebih enak. Eksperimen lainnya menunjukkan bahwa orang perlu dilibatkan dalam suatu ritual untuk memberikan dampak pada cita rasa makanan. Namun, melihat orang lain melakukan ritual tertentu tidak mempengaruhi rasa makanan.
Selama ini ritual sebelum makan merupakan hal yang biasa dan mempunyai peran lain dalam situasi yang lebih penting, kata para peneliti. "Kita berpikir untuk meminta pasien melakukan ritual tertentu sebelum operasi dan mengukur rasa sakit setelahnya dan seberapa cepat mereka pulih kembali," penulis hasil riset, Katleen Vohs, ilmuwan psikolog di University of Minnesota, dalam siaran persnya.
HEALTH DAY | ARBA'IYAH STARIANI