TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Pertagas, Gunung Sardjono Hadi, mengatakan pembobolan pipa minyak Tempino Jambi-Plaju, Sumatera Selatan, sudah terjadi sejak 2010. Selama tiga tahun, anak usaha PT Pertamina itu mengalami kerugian yang cukup besar.
Berdasarkan catatan Pertagas, pencurian minyak di jalur pipa itu menelan kerugian Rp 15 miliar pada 2010, Rp 177 miliar pada 2011, dan Rp 300 miliar pada 2012.
Gunung mengaku sudah melaporkan peristiwa ini kepada pemerintah dan Satuan Kerja Khusus Pengatur Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas). "Pencurian itu merugikan negara karena minyak yang dijarah belum dihitung sebagai lifting," kata dia kepada Tempo, Kamis, 25 Juli 2013.
Kali ini pencurian terjadi sejak 17 Juli 2013, atau saat pipa penghubung lapangan minyak Tempino dengan kilang bahan bakar Plaju itu dioperasikan. Polisi dan karyawan Pertagas menemukan lubang di 17 lokasi dengan total kehilangan 17.563 barel, setara 18,29 persen dari jumlah minyak yang dialirkan.
Menurut Gunung, penjarahan terbanyak terjadi pada 24 Juli saat ditemukan empat lokasi kebocoran, di antaranya di Bayung Lincir, Kabupaten Musi Banyuasin. Pertagas dan PT Pertamina EP pun terpaksa menghentikan pemompaan minyak.
Dalam sehari, Pertagas dan PT Pertamina EP memompakan minyak sebanyak 11-13 ribu barel. Minyak mentah tersebut dihasilkan lapangan Tempino yang memiliki kapasitas produksi 9.500 barel per hari. Akibat pencurian selama semester I 2013, Pertamina menderita kerugian kumulatif 290 ribu barel atau sekitar Rp 290 miliar.
Juru bicara Pertamina EP, Agus Amperianto, mengaku telah menyediakan pengamanan untuk mencegah pencurian, seperti patroli intensif oleh perusahaan jasa pengamanan beserta tentara dan polisi. "Namun pencurian terus berlangsung," katanya.
AYU PRIMA SANDI
Bisnis Terpopuler: