TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Sudaryatmo menegaskan, jumlah operator selular yang beroperasi di Indonesia saat ini sudah terlalu banyak. Akibatnya kualitas layanan yang diterima konsumen tak optimal.
"Saya tidak paham apa dasar Kementerian Komunikasi dan Informasi memberi izin terlalu banyak. Di negara lain, ada riset soal titik optimum benefit jumlah operator untuk konsumen. Sehingga kalau melebihi optimum benefit, pelayanan konsumen justru turun," ucapnya kepada Tempo, Senin, 29 Juli 2013.
Sudaryatmo mengatakan Cina yang jumlah penduduknya lebih dari 1 miliar saja, hanya punya 3 operator. "Di banyak negara, tidak ada yang operatornya 12 seperti di Indonesia," ucapnya. Akibat kebanyakan operator, kata dia, persaingan antaroperator jadi tak sehat. Apalagi penetrasi telepon selular di Indonesia sudah amat tinggi.
Ia menambahkan, banyaknya operator juga membuat pengawasan oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi jadi tak efektif. Menurut perhitungan YLKI, jumlah operator telepon selular yang ideal untuk Indonesia berkisar 3-5 operator. "Lima saja kebanyakan," kata dia.
Sejauh ini, kata dia, masyarakat banyak mengeluhkan soal kualitas layanan utamanya terkait kecepatan dalam menggunggah dan mengunduh data, selain soal jangkauan dan iklan yang tak sesuai realitas. "Nawarin sambungan unlimited, padahal ada ketentuannya," katanya.
Sudaryatmo menyambut positif jika Menteri Komunikasi dan Informasi menyadari kondisi ini. Menurutnya, YLKI sudah bicara soal ini sejak tiga tahun lalu.
Sudaryatmo menyarankan Kemenkominfo membuat aturan yang mendorong operator selular menggabungkan diri alias merger. Jadi bukan dipaksa merger melainkan dikondisikan supaya merger. "Kalau dipaksa merger susah," katanya. Ia meyakini jika terus-terusan dibiarkan seperti ini, sejumlah operator juga tak mampu bertahan.
Ke depan, Sudaryatmo mendorong Kementerian untuk fokus pada peningkatan dan pemerataan infrastruktur sehingga layanan telekomunikasi konsumen jadi semakin baik. Sekedar catatan, koneksi internet di Indonesia adalah yang paling lambat se-Asia Pasifik.
MARTHA THERTINA
Topik Terpanas:
Anggita Sari | Bisnis Yusuf Mansur | Kursi Panas Kapolri | Hormon Daging Impor | Bursa Capres 2014
Berita Terpopuler:
7 Pengacara Bermasalah versi ICW
Suap MA, KPK Bidik Pelaku Selain Mario dan Djodi
Rachell Dougall, Teman Ratu Narkoba Kerobokan?
Pengacara Mario: KPK Jangan Umbar Wacana
ICW: Pengadilan Tipikor Siaga Satu