TEMPO.CO, Jakarta -Menteri Keuangan Muhamad Chatib Basri mengatakan, pemerintah harus menetapkan target yang realistis dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2014. Menurut dia, beberapa target seperti pertumbuhan ekonomi dan lifting minyak akan menggunakan batas bawah.
"Pertumbuhan targetnya 6,4-6,9 persen. Tapi kami melihat ada di batas bawah, yaitu 6,4 persen," kata Chatib di Kantor Presiden, Jakarta, Senin, 29 Juli 2013. Dia mengatakan kontribusi terbesar pertumbuhan masih bersumber dari konsumsi rumah tangga.
Selain pertumbuhan, pemerintah juga menargetkan lifting minyak pada batas terendah agar memungkinkan untuk tercapai. Pada tahun depan, target lifting hanya dipatok 870 ribu barel per hari. Sementara untuk nilai tukar dipatok Rp 9750 per dollar. "Pokoknya asumsi kami buat konservatif sekali. Lifting paling rendah, harga minyak kami buat tinggi," kata Chatib.
Menurut dia, meskipun bersikap realistis, dia mengatakan pemerintah akan berusaha agar pertumbuhan bisa tetap di atas 6 persen. Chatib mengatakan pendapatan negara akan digenjot dan defisit dipatok 1,49 persen. "Rasio utang terhadap GDP akan turun menjadi 22,3 persen."
elain itu, dalam RAPBN 2014 pemerintah juga mendapat ruang fiskal (fiscal space) sebanyak Rp18,4 triliun. Dari jumlah itu, Rp13 triliun dialokasikan untuk program infrastruktur. "Sisanya untuk SJSN, social safety net seperti raskin, dan BSM. Selain itu juga untuk program konversi energi dan transportasi publik," ujarnya.
Sementara itu, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Armida Alisjahbana mengaku optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bisa di atas 6 persen pada tahun depan. Menurut dia, adanya fiscal space akan cukup membantu mendongkrak pertumbuhan dan dapat membuka lapangan kerja yang cukup besar.
"Pertumbuhan memang ke batas bawah. Tapi fiscal space akan memberikan kontribusi sekitar 0,2 persen untuk pertumbuhan dan dapat membuka kesempatan kerja baru sekitar 157 ribu," kata Armida. Dia mengatakan fiscal space tersebut merupakan hasil dari kebijakan kenaikkan harga BBM.
ANGGA SUKMA WIJAYA