TEMPO.CO, Jakarta- "Arandi, tolong dong balas SMS-SMS ini," kata Emil, yang lantas menyerahkan telepon selulernya kepada stafnya. Dalam sehari, ia bisa menerima seratusan pesan singkat. Itu belum yang melalui BlackBerry Messenger, Twitter, Line, WhatsApp, dan media sosial lain yang dia punya. Tak hanya curhat isu kota, isu percintaan pun ada yang mengadu ke dia. Kini, pengikutnya di Twitter bertambah 25 ribu, menjadi 85 ribu orang. "Kalau saya sendiri yang balas semua, ya, tidak bisa kerja atuh," ujar pencinta parfum Bvlgari ini.
Kesibukannya memang mengorbankan banyak hal. Kini anak kedua dari lima bersaudara ini tidak bisa lagi bermain futsal dan olahraga kebugaran. Hobi jalan-jalan dan menontonnya juga ia tepikan. "Quality time dengan keluarga saat ini juga hanya sehari saja," kata suami Atalia Praratya Kamil ini. Dan yang juga ia takuti adalah meninggalkan dunia arsitektur, yang telah membesarkan namanya.
Senin 22 Juli 2013 lalu, Ridwan Kamil berbicara panjang-lebar dengan reporter Tempo: Heru Triyono, Gilang Rahadian, Dewi Rina Cahyani, dan fotografer Wisnu Agung Prasetyo. Berikut ini petikannya:
Dengan semua pengorbanan tersebut, kenapa Anda berminat menjadi wali kota?
Ada perenungan mendalam. Hidup itu cuma sekali. Saya ingin melahirkan dan mewariskan ke dunia ini sesuatu yang extraordinary. Pesan ibu saya: jadilah manusia yang terbaik. Karena manusia yang terbaik itu yang paling banyak manfaatnya untuk orang lain. Kalau Bandung seperti Surabaya, saya juga tidak akan maju. Lah, ini hancur banget Bandungnya.
Anda pernah berpikir menjadi pejabat publik?
Tidak pernah. Malah saya ingin jadi astronaut. Tapi sayang, tidak ada jurusannya. Saat lulus SMA, pilihan pertama saya adalah teknik kimia. Namun bukan karena senang, tapi orang yang saya tanya berasal dari jurusan itu. Pilihan arsitektur juga karena dorongan teman gaul SMA. Jadi, motivasinya agak kurang keren. Karena sudah kecemplung, ya, saya memotivasi diri, dan mulai mencintai bidang ini sambil jalan. Kebetulan saya memang suka gambar.
Akhirnya menikmati?
Saya syukuri tercebur di dunia arsitektur karena jadi sering jalan-jalan keliling dunia.
Kota favorit Anda?
Istanbul. Saya suka kota yang irisan sejarahnya bagus. Istanbul itu mirip Bandung. Modern, banyak yang pakai jilbab, tapi energi kota tuanya tetap hidup. Saya juga mendapat ide tentang pengolahan sampah bawah tanah dari sana. Ide itu akan saya terapkan di Bandung.
HERU TRIYONO
Berita Terpopuler:
Ini Aliran Duit Dalam Rekening Ahok
Aksi Gagah Supir Transjakarta Tegur Penyerobot
Roy Marten: Jokowi Pegang Indonesia, Ahok Jakarta
Tak Hanya PKL, Ahok Siap Senggol Konglomerat
Hore, BBM untuk Android dan iOS Mulai Tersedia