TEMPO.CO, Jakarta - Penjualan emiten rokok pada semester I 2013 tumbuh 13-66 persen. PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) membukukan kenaikan pendapatan 13,53 persen dan 13,07 persen. Adapun PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) membukukan kenaikan pendapatan tertinggi 66,5 persen dan PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA) 17,6 persen.
Presiden Direktur HM Sampoerna, Paul Norman Janelle, mengatakan perseroan membukukan kenaikan pendapatan hingga Rp 36,1 triliun pada semester pertama tahun ini, dibanding pada periode yang sama tahun lalu (Rp 31,8 triliun).
“Grup perusahaan memiliki segmen usaha, yaitu manufaktur dan perdagangan rokok, di mana penjualan dan aset segmen usaha tersebut masing-masing 99,7 persen dan 97,8 persen,” kata dia, dalam keterangan tertulis kepada PT Bursa Efek Indonesia.
Meski demikian, beban pokok penjualan HM Sampoerna naik 16,3 persen, atau lebih tinggi dibanding kenaikan nilai penjualan pada semester I. Akibatnya, laba kotor perseroan tergerus dan hanya tumbuh 6,24 persen, menjadi Rp 9,4 triliun. Margin laba kotor HM Sampoerna turun menjadi 26 persen, lebih kecil dibanding pada semester I 2012 sebesar 27,8 persen.
Pada semester I 2013, HM Sampoerna membukukan laba periode berjalan Rp 5 triliun, atau naik tipis 2,1 persen dibanding pada periode saham tahun lalu.
Sementara itu, Gudang Garam membukukan kenaikan pendapatan pada semester I 2013 menjadi Rp 26,6 triliun, lebih besar dibanding pada semester I 2012 (Rp 23,5 triliun).
Presiden Direktur Gudang Garam, Susilo Wonowidjojo, mengatakan pendapatan perseroan ditopang oleh penjualan di pasar lokal, yang tumbuh 13,1 persen menjadi Rp 25,5 triliun, sedangkan angka ekspor tumbuh 12 persen menjadi Rp 1,1 triliun.
“Total penjualan sigaret kretek mesin Rp 23 triliun, kretek tangan Rp 3 triliun, rokok klobot Rp 15,6 miliar, kertas karton Rp 442 miliar, dan lainnya Rp 137 miliar,” kata Susilo, dalam keterangan tertulis untuk PT Bursa Efek Indonesia.
Pada semester I 2013, Gudang Garam membukukan kenaikan laba kotor 16,5 persen menjadi Rp 5,29 triliun. Margin laba kotor naik menjadi 19,9 persen pada semester I 2013, dibanding 19,3 persen pada semester I tahun lalu. Adapun perseroan membukukan kenaikan laba bersih 4,8 persen menjadi Rp 2,2 triliun pada semester I 2013.
Direktur Wismilak Inti Makmur, Krisna Tanimhardja, mengatakan angka penjualan perseroan pada semester I 2013 melonjak menjadi Rp 806 miliar dibanding pada semester I 2012 (Rp 484 miliar). Angka penjualan perseroan pada semester I 2013 kepada pihak ketiga mencapai Rp 810 miliar, dikurangi retur penjualan Rp 4,4 miliar.
“Pada semester I 2013, kami membukukan kenaikan laba kotor sebesar 61,4 persen menjadi Rp 218,8 miliar,” ujar Krisna dalam keterangan tertulisnya kepada PT Bursa Efek Indonesia.
Pada semester I 2013, Wismilak Inti Makmur membukukan kenaikan laba bersih 103,3 persen menjadi Rp 79,1 miliar dibanding pada periode yang sama tahun lalu (Rp 38,9 miliar). Kenaikan nilai penjualan dan laba Wismilak Inti Makmur merupakan yang tertinggi dibanding yang dicatat emiten lain.
Sekretaris Perusahaan Wismilak, Surjanto Yasaputra, sebelumnya mengatakan perseroan menargetkan penjualan bersih sebesar Rp 1,6 triliun dan laba bersih Rp 128 miliar pada 2013. Tahun lalu, perseroan membukukan angka penjualan Rp 1,1 triliun dan laba bersih Rp 77 miliar.
Adapun Bentoel Internasional, meski membukukan kenaikan angka pendapatan sebesar 17,6 persen (menjadi Rp 5,63 triliun), mencatatkan lonjakan angka kerugian bersih menjadi Rp 536 miliar pada semester I 2013. Kerugian tersebut tercipta karena beban operasi perseroan pada semester I 2013 melonjak 82 persen menjadi Rp 1,13 triliun.
ANANDA PUTRI | ISMI DAMAYANTI | RIRIN AGUSTIA | ABDUL MALIK
Kinerja Keuangan Emiten Rokok
Semester I (Rp miliar)