TEMPO.CO, Jakarta - Warga Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan, akhirnya bisa lebaran di rumah setelah kampung mereka sempat direndam banjir. Kendati sisa-sisa lumpur masih menggenang di beberapa pojok kampung, itu tak menyurutkan niat warga kembali ke rumah.
Warga RT 012/RW 03 pada lebaran hari pertama kemarin, Kamis, 8 Agustus 2013, dipaksa meninggalkan rumah karena ketinggian air sudah 100 sentimeter. Walhasil, niat salam-salaman dengan tetangga harus mereka urungkan. "Boro-boro mau salaman, ngurusin rumah pada kelelep," kata Jumilah, 46 tahun, Jum'at, 9 Agustus 2013. "Baru tadi salamannya."
Ibu dua anak itu mengaku, seharian kemarin dirinya mengungsi ke tempat saudara di Bintaro. Pada tahun-tahun sebelumnya, jadwal Jumilah ke Bintaro baru pada lebaran hari kedua. Menurut Jumilah, air mulai meninggi saat malam takbiran, Rabu, 8 Agustus 2013. Kebetulan kampung mereka seharian itu diguyur hujan. Ditambah lagi, kata Jumilah, ada kabar salah satu tanggul di Depok yang merupakan hulu Sungai Krukut jebol.
Gara-gara banjir itu, tetangga Jumilah, Budiyani, 47 tahun, mengaku, langsung pergi dari rumah setelah merapikan perabotan. Dirinya selama dua hari numpang ke rumah tetangga yang lebih tinggi. "Kalau yang rumahnya tingkat 2 ya tinggal. Kalau gak kayak saya, ya numpang," kata ibu 3 anak itu.
Menurut Budiyani, banyak juga rumah-rumah yang kebanjiran padahal ditinggal mudik penghuninya. Untung saja, sebelum mudik, mereka sempat menitipkan kunci rumah kepada tetangganya. "Yang gak mudik bantuin beresin rumah tetangga yang ditinggal mudik," tambah Budiyani.
Saat Tempo meninjau lokasi, Jumat, memang tampak masih ada genangan lumpur di beberapa bagian. Sebuah sampan sumbangan Pemda DKI Jakarta teronggok di ujung gang. Sampan itu sudah sejak setahun lalu jadi milik warga RT 012. Sampan itulah yang biasa dipakai warga untuk mengevakuasi barang-barang kalau genangan air sudah sangat tinggi.
Berdasar pengakuan warga, kampung mereka yang berdempetan dengan sungai Krukut memang sering diterjang banjir sejak dua tahun lalu. Bahkan selama puasa kemarin, Jumilah dan Budiyani sudah tidak ingat lagi berapa kali kampung mereka disambangi luapan Krukut. "Sejak ada penyempitan sungai di kompleks Marinir Cilandak bagian belakang--yang berbatasan langsung dengan Krukut--kok jadi sering ya?" tanya Budiyani kepada diri sendiri.
KHAIRUL ANAM