TEMPO.CO, Semarang - Puncak kepadatan arus balik dari timur ke barat (Solo-Semarang) terjadi di Pusat Industri Kecil dan Kerajinan (PIKK) Jalan Fatmawati, Desa Lohpait, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, pada Sabtu, 10 Agustus 2013.
Menurut pantauan Tempo, banyaknya mobil dan sepeda motor yang parkir di depan kios sentra kerajinan yang pusat oleh-oleh menyebabkan antrean kendaraan sehingga 10 kilometer.
Antrean kendaraan bermula dari simpang tiga Jalan Lingkar Selatan Kabupaten Salatiga hingga Jalan Raya Bawen, Kabupaten Semarang.
Kecepatan rata-rata tiap kendaraan hanya sekitar lima kilometer per jam.
Lantaran jalur sisi utara (Semarang-Solo) cukup lancar, sebagian pemudik dengan sepeda motor nekat melaju di jalur lawan arah. Mereka menyebabkan sejumlah marka jalan berupa bamboo cone melintangi jalan dan menambah tersendatnya lalu lintas.
Polisi tampak tak berdaya menghalau pemudik motor agar kembali ke jalur sisi selatan. Bahkan, polisi yang berboncengan dan berpatroli lewat tengah badan jalan itu seolah membukakan jalan bagi para pemudik motor di belakangnya.
Walhasil, semakin banyak pemudik motor yang mlanggar marka jalan dan menyerobot jalur lawan arah.
“Semestinya tiap bamboo cone itu diikat tali satu sama lain sehingga tidak memberi kesempatan bagi pengendara motor untuk menerobos,” keluh Yantut Prakosa, 37 tahun, saat ditemui Tempo di sebuah warung makan tepi Jalan Raya Bawen.
Pemudik dengan mobil Suzuki Baleno yang bertujuan ke Bekasi, Jawa Barat, itu berangkat dari Kabupaten Klaten pukul 09.00 WIB.
Selepas dari Bawen hingga pusat Kota Semarang, arus balik terpantau lancar. Penumpukan kendaraan pemudik hanya terjadi di sebagian persimpangan jalan ketika alat pengatur isyarat lalu lintas (APILL) menyala merah.
“Arus balik pemudik sudah sejak H+1, tapi lonjakannya baru terasa hari ini,” ujar salah satu polisi di sub-pos pengamanan SPBU Bawen.
DINDA LEO LISTY