TEMPO.CO, Jakarta - Puluhan spesies kumbang baru ditemukan di Tahiti, Kepulauan Polinesia. Penemuan itu menambah panjang daftar kekayaan serangga unik yang ada di Tahiti. Meski Tahiti hanya seperti titik di Pasifik Selatan, luasnya cuma 45 kilometer, kepulauan itu menjadi habitat tersubur bagi populasi serangga di dunia.
Atas alasan itu, sekelompok ahli etimologi atau pakar serangga tertarik memperbarui klasifikasi spesies serangga di Tahiti. Dengan survei selama sebulan mereka menemukan 600 serangga tanah, yang telah kehilangan sayap akibat evolusi. Dari koleksi serangga itu, mereka menemukan 40 spesies baru, dan sekitar 28 di antaranya akan dipaparkan untuk pertama kali pada jurnal ZooKey bulan ini.
Serangga di Tahiti begitu beraneka ragam. Kebanyakan dari mereka hidup terpisah oleh dataran tinggi yang bergerigi. Habitat serangga pun tetap terjaga karena kondisi geografis mencegah terjadinya perkawinan atau perkelahian. “Ibaratnya, jika Anda berada di punggung suatu bukit, kemudian sepupu Anda berada di punggung bukit lainya, Anda akan terjebak dan tidak dapat terbang ke bukit lainnya,” kata Jim Liebherr, entimolog Cornell University. "Karena setiap serangga tinggal di rumah masing-masing, populasi serangga terjaga dari ancaman."
Dia menyebutkan, Tahiti memiliki kondisi tanah yang labil dan mudah longsor jika hujan badai. Kondisi itu juga membentuk fragmentasi yang mengisolasi habitat serangga, sehingga mereka akan menciptakan populasi baru. Untuk menjangkau lokasi, tim mendaki bukit yang dikelilingi hutan. Beberapa wilayah hanya dapat diakses menggunakan helikopter dengan tempat pendaratan di titik tertentu.
Banyak lokasi penemuan sebelumnya dikunjungi oleh penduduk lokal Tahiti, namun belum pernah dikunjungi oleh tim peneliti. “Kami bagaikan orang buta, sampai akhirnya mengetahui ada apa di sana,” ujar Liebherr. Dia menyimpulkan, ekspedisi ini merupakan yang pertama kalinya.
Kumbang tanah yang ditemukan rata-rata berukuran kecil, 3 sampai 8 milimeter, dan sulit terlihat jika berada di antara hutan. Untuk mengumpulkan kumbang ini, tim menyemprotkan bahan kimia organik di dedaunan. Ketika cairan disemprotkan, serangga menjadi lebih aktif, mereka merayap ke luar dedaunan. Tim kemudian membentangkan kain nilon putih untuk mengumpulkan kumbang tanah.
Para ilmuwan memilih menggunakan bahan kimia dibandingkan harus meluangkan waktu sekira tiga hari untuk mengumpulkan serangga. Jika tidak menggunakan cairan kimia, mereka harus memilah lumut dan menghilangkan jejak untuk mengumpulkan serangga. “Hutan terdiri dari lumut tebal yang sudah lama, dibutuhkan teknik untuk tetap melestarikan habitat,” kata Liebherr.
Usai meneliti kumbang di Tahiti, Liebherr akan terbang ke Paris untuk membandingkan dengan koleksi serangga di Paris Natural History yang berisi berbagai spesies dari seluruh dunia. Dia hendak meneliti ciri fisik yang membedakan, misalnya bentuk tubuh, rambut, dan alat kelamin. Liebherr berharap, penelitiannya dapat mengembangkan studi mengenai ekologi di pulau yang kaya akan jenis serangga. “Diperkirakan, masih banyak jenis serangga yang belum ditemukan,” katanya.
LIVESCIENCE | SATWIKA MOVEMENTI
Terhangat:
Suap SKK Migas | Sisca Yofie | FPI Bentrok
Berita terkait:
Uang Rudi Rubiandini Diserahkan dari City Plaza
24 Jam Kerja Tim KPK Geledah di Kantor SKK Migas
MS Hidayat: Kasus Rudi Rubiandini Ganggu Investasi
SKK Migas Guncang, Jero Jamin Investasi Migas Aman
Kernel Oil Terdaftar Sebagai Trader di SKK Migas