TEMPO.CO, Jakarta - Merayakan Lebaran tak afdol rasanya bila tak bersilaturahmi dan menikmati lezat dan manisnya makanan hidangan Lebaran. Namun, jika lepas kendali, bisa-bisa setelah Lebaran Anda malah menjadi pasien di poliklinik atau rumah sakit. Ada beberapa penyakit yang menghantui setelah Lebaran.
Gastroentrolog Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH,MMB, FINASIM, FACP menjelaskan setelah Lebaran banyak pasien datang berobat karena beberapa penyakit. “Ada tiga golongan penyakit akibat kelelahan, penyakit kronik yang kambuh saat Lebaran, dan penyakit akibat ketiadaan asisten rumah tangga dan petugas kebersihan,” ujarnya.
Penyakit akibat kelelahan biasanya karena perjalanan mudik dan balik. Biasanya selain kecapekan, pemudik juga sering terjangkit penyakit infeksi pernafasan atas dan diare. Selama perjalanan itu biasanya pemudik hanya mengkonsumsi makanan sekedarnya dan kurang memperhatikan kebersihan makanan yang dibawa atau dibeli. Pemudik yang kecapekan di perjalanan sering mengabaikan istirahat demi silaturahmi di kampung halaman. Akibatnya, daya tahan pemudik menurun dan mudah terserang penyakit.
Sedangkan penyakit kronik yang kambuh umumnya menyerang mereka yang agak bandel soal makanan. Makanan yang disajikan saat Lebaran biasanya tinggi lemak, mengandung keju, cokelat, manis dan asin. Demikian pula minuman banyak tersaji minuman instan yang tinggi gula, soda, dan berpengawet. Biasanya pemudik, terutama yang sudah mempunyai penyakit diabetes melitus, darah tinggi, kolesterol, asam urat, sakit maag atau obesitas sering lepas kontrol. “Akibatnya tekanan darahnya atau gula darahnya naik tak terkontrol,” ujarnya. Dampak lainnya bagi mereka yang obesitas, berat badannya juga akan kembali melonjak setelah usai puasa.
Ari juga mengatakan mereka yang tidak mudik mungkin juga rentan kena penyakit karena ketiadaan asisten rumah tangga dan petugas kebersihan. Dalam kondisi libur, banyak sampah menumpuk tak terangkut. Tumpukan sampah ini mengundang lalat, tikus, kecoa. Binatang-binatang ini juga rentan menularkan penyakit infeksi usus seperti thypoid, demam kuning, atau leptospiroris. Hal ini kadang-kadang luput dari perhatian. Kebersihan lingkungan sering terabaikan.
Yang ketiga, kata pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini, para ibu biasanya juga cenderung menyimpan makanan sebanyak-banyaknya di kulkas. Selain itu, juga ada kecenderungan untuk menyimpan makanan di meja makan atau pada suhu kamar dalam waktu yang lama dan lupa dipanasi.
Makanan yang terlalu lama di suhu kamar, kata Ari, juga cenderung terkontaminasi. Tak semua kuman yang mencemari makanan menyebabkan perubahan bau dan bentuk makanan. Karena itu, dia menganjurkan tetap dilakukan pemanasan makanan saat akan dikonsumsi. Hal ini untuk menghindari keracunan makanan yang kerap terjadi setelah Lebaran.
DIAN YULIASTUTI