TEMPO.CO, Kairo - Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Navi Pillay, menyerukan dilakukannya penyelidikan atas kekerasan yang terjadi Mesir. Menurutnya, apa yang terjadi dalam sehari di negeri itu sarat dengan aroma pelanggaran HAM.
"Jumlah orang yang tewas atau terluka, bahkan menurut angka pemerintah, sangat besar bahkan ekstrem, menunjukkan adanya penggunaan kekerasan terhadap demonstran," katanya.
Menurutnya, dunia internasional harus bersikap. "Harus ada, penyidikan yang imparsial, efektif, dan kredibel serta independen terhadap aparat keamanan. Siapapun yang ditemukan bersalah melakukan pelanggaran harus dimintai pertanggungjawaban."
Aksi kekerasan aparat keamanan Mesir membubarkan demonstran pada hari Rabu juga menuai kecaman internasional. Presiden Amerika Serikat Barack Obama, misalnya, menuduh pemerintah Mesir lebih memilih kekerasan dan penangkapan sewenang-wenang ketimbang menyelesaikan krisis melalui dialog damai.
Dia juga mengumumkan pembatalan latihan militer bersama AS-Mesir yang dijadwalkan bulan depan - langkah yang disebut juru bicara Pentagon, George Little, untuk menunjukkan Washington "sangat keberatan dengan apa yang terjadi di Mesir baru-baru ini" - dan memperingatkan bahwa kerjasama antara kedua negara "tidak bisa dilakukan lagi seperti biasanya ketika warga sipil dibunuh di jalanan."
Obama juga mendesak para pemimpin Mesir untuk membatalkan keadaan darurat yang diberlakukan selama sebulan.
Sementara itu, Turki memprotes tindakan keras aparat dengan memanggil pulang duta besarnya di Mesir ke Ankara. Langkah yang sama dilakukan Jerman, Prancis dan sejumlah negara lain. Sedang Italia menyatakan, "Cara yang digunakan oleh polisi sangat brutal, tak proporsional dan ... tidak dapat dibenarkan."
Denmark bersikap dengan menghentikan bantuan ekonomi bagi negara itu. Seperti Amerika Serikat - yang menyediakan bantuan sekitar US$ 1,6 miliar per tahun bagi Mesir - negara ini menyatakan akan meninjau program-program bantuan mereka "dalam segala bentuk," kata juru bicara Departemen Luar Negeri, Jen Psaki.
Aksi kekerasan meletus ketika pasukan keamanan menyerbu kamp pro-Mursi Rabu, setelah beberapa pekan mereka melakukan pendudukan di sejumlah titik. Bentrokan dan tembakan pecah, meninggalkan genangan darah dan mayat berserakan di jalan-jalan.
Pihak berwenang membuldoser tenda dan ratusan orang diusir untuk menjauh dari lokasi. Berbarengan insiden ini, 29 gereja dan fasilitas Koptik di seluruh negeri dibakar.
CNN | TRIP B