TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah penumpang kereta listrik commuter line mengaku belum mengetahui akan diberlakukan Tiket Harian Berjaminan (THB) sebagai pengganti tiket single trip sejak Kamis, 22 Agustus 2013.
Setelah dijelaskan Tempo, banyak warga mengeluhkan bahwa dengan adanya sistem THB justru akan membuat sulit, dan orang yang ingin keluar dari stasiun lebih berdesak-desakan. Dalam THB ini, penumpang akan membayar jaminan sebesar Rp 5.000 untuk kartu single trip tersebut.
Pengguna single trip di Stasiun Palmerah, Jakarta Barat, Yuliana, 40 tahun, mengaku bahwa sistem tersebut malahan menyulitkan penumpang. "Jika penumpang harus membayar Rp 5.000 sebagai jaminan, lalu akan menerima uangnya kembali saat di stasiun tujuan, ini akan membuat ribet," kata Yuliana kepada Tempo di Stasiun Palmerah, Senin, 19 Agustus 2013.
Penumpang lainnya, Nur Hasan (53), khawatir mengembalikan THB bisa membuat kericuhan, lantaran fasilitas pintu keluar di stasiun kurang. Ia mempermasalakan karena stasiun tersebut hanya terdapat tiga pintu keluar bagi ratusan penumpang. "Otomatis penumpang akan semakin berjubel dan berpotensi kisruh karena harus melakukan refund," kata Hasan.
Namun, ketakukan akan diberlakukannya THB ini tak dirasakan oleh pengguna multi trip. Joseph Pradipta (25) dan Febriyanto (34) mengatakan bahwa dirinya tidak akan terpengaruh. Ini lantaran mereka tidak akan meminta pengembalian uang lebih.
Harga multi trip adalah Rp 50 ribu. Rinciannya, Rp 20 ribu untuk biaya pembuatan, sedangkan isi tiket Rp 30 ribu. "Kami tidak perlu pusing memikirkan refund, karena tiket commuter line telah menjadi milik kami setelah menebus Rp 20 ribu," ucap Joseph.
Staf Pengawas Stasiun Palmerah, Hendi Irawan, membantah kurangnya sosialisasi dan ketakukan penumpang terhadap pemberlakukan THB. Hendi mengatakan, PT KAI telah memasang spanduk dan banner besar yang memuat THB agar mudah dibaca penumpang.
"Hanya penumpangnya saja yang tidak cermat membaca pengumuman," kata Hendi. Dalam pantauan Tempo, ada setidaknya tiga banner besar ukuran 2x3 meter yang berisikan informasi THB dan ditempatkan di dalam area stasiun.
Hendi mengatakan bahwa dalam setiap kali perjalanan, para penumpang tidak harus meminta pengembalian uang Rp 5.000 tersebut. Kartu tersebut adalah jaminan untuk keluar-masuk stasiun dalam seminggu. "Jadi penumpang tidak harus selalu melakukan refund di loket di setiap stasiun kedatangan," ujarnya.
Bahkan di Stasiun Palmerah, kata dia, kebanyakan penumpang diprediksi tidak akan banyak melakukan refund. Ini lantaran karena di sekitar Palmerah mereka hanya bekerja pada pagi dan pulang kembali pada sorenya.
Jadi, saat keluar para penumpang akan menempelkan kartu untuk keluar stasiun, lalu membawanya untuk dipakai lagi saat pulang. Sehingga, kata Hendi, diprediksi mereka baru melakukan refund saat tiba di stasiun asalnya seusai bekerja pada sore hari.
MUHAMMAD MUHYIDDIN