TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Imam A. Putro mengatakan, beberapa perusahaan BUMN terbuka (Tbk) sedang berancang-ancang membeli kembali (buyback) saham. Berdasarkan informasi yang ia himpun, setidaknya dua perusahaan akan melakukan buyback. “Seperti Bukit Asam (PTBA) dan Semen Indonesia,” kata dia lewat pesan BlackBerry kepada Tempo, Selasa, 20 Agustus 2013.
Dia mengatakan, ada beberapa prosedur yang dilewati untuk buyback. Sebab, buyback mempengaruhi ekuitas dan penggunaan dana beli. "Kalau tidak salah sesuai aturan Bapepam harus lewat mekanisme rapat umum pemegang saham,” ujarnya.
Meski saham-saham BUMN banyak yang rontok pada perdagangan Bursa Efek Indonesia, Imam mengungkapkan, Kementerian BUMN tidak akan meminta secara formal melalui surat agar mereka membeli kembali saham di pasar. “Itu, kan, aksi korporasi, dan ini sedang dipikirkan apa perlu buyback saham,” katanya.
Mengenai kapan buyback dilakukan, Imam enggan berkomentar. “Tanya sendiri ke direktur utamanya, ya."
Dihubungi terpisah, David Cornelis, Head of Research KSK Financial Group, beranggapan alternatif buyback saham belum mendesak. Ia menilai, untuk saat ini, indeks masih berpotensi turun hingga ke level 4.000 jika rupiah mendekati Rp 11 ribu per dolar Amerika Serikat. “View market ke depan masih bearish, masih ada potensi penurunan lebih lanjut dari yang saat ini,” katanya kepada Tempo, Selasa, 20 Agustus 2013.
Bila pun dilakukan, kata dia, sebaiknya tidak tergesa-gesa. “Buyback dilakukan saat ini, boleh, perlu, tapi sebagian. Bertahap saja karena efeknya tidak akan maksimal,” katanya. Ia pun mencontohkan kondisi pada bulan September nanti. “Kebijakan The Fed, lihat di September nanti kemungkinan krusial."
Hal terpenting saat ini, kata dia, adalah bagaimana menjaga nilai rupiah agar tidak anjlok. Dia berharap semua pihak terkait dapat menjaga nilai tukar agar jangan sampai mendekati level Rp 11 ribu. "Karena dapat menjadi bumerang dan efek dominonya ke mana-mana,” ujar David.
Dia pun memperkirakan, pada rentang indeks 4.000 dan rupiah Rp 11 ribu, pemerintah sudah harus buyback. Pada posisi tersebut, kondisinya sudah bisa dikatakan mendesak. "Secara logika sederhananya gini, IHSG sudah berada di posisi di bawah penutupan tahun lalu,” katanya.
Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada, mengatakan hal yang tidak jauh berbeda. Menurut dia, kalaupun buyback terjadi, hal itu tidak serta-merta membuat indeks menghijau. “Taruhlah Semen Indonesia buyback 1.000 lot dengan nilai transaksi Rp 6,1 miliar, nah itu pelaku pasar lihat dulu itu sebanding tidak dengan jumlah saham yang beredar,” katanya.
Dia mengatakan, kebijakan tersebut harus melihat juga kondisi emiten. “Apakah dialokasikan dana untuk melakukan buyback dalam capex-nya,” katanya. Pemerintah, menurut Reza, harus menciptakan sentimen positif yang berguna bagi penguatan indeks. “Karena pasar modal itu bermain di ranah sentimen dan persepsi."
ANANDA PUTRI
Baca juga:
Lulung: Ahok Bukan Negarawan
CIA Akui Berada di Balik Kudeta Iran
Rudi Rubiandini Diduga Bagian Jejaring Makelar
Tes Keperawanan Siswa SMA di Prabumulih Diprotes
KPK Minta Rudi Blakblakan Soal Suap SKK Migas