TEMPO.CO, Yogyakarta - Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika bisa mendatangkan keuntungan bagi eksportir mebel dan tekstil dalam negeri yang memakai bahan baku lokal. “Bahan baku kayu lokal tentu lebih murah dibanding barang impor. Sehingga keuntungan saat diekspor bisa menjadi lebih besar,” kata Asisten Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY Djoko Raharto Rabu 21 Agustus 2013.
Selain itu, katanya, penguatan dolar berpotensi mendorong penghasilan dari sektor pariwisata, termasuk hotel dan restoran sebagai andalan ekonomi Yogyakarta. “Wisatawan dari mancanegara bisa makin banyak membelanjakan uangnya,” ujar Djoko.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika terus merosot sebulan ini. Rupiah terjun hingga Rp 10.504 pada Selasa lalu. Bahkan di pasar uang Singapura, rupiah sudah diperdagangkan Rp 11 ribu per dolar Amerika.
Ketua Asosiasi Pengusaha Mebel dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) DIY Yuli Sugianto mengatakan bahan baku mebel Yogyakarta didominasi kayu lokal. Sejumlah negara tercatat sebagai tujuan ekspor, semisal Amerika dan Eropa, dan tujuan pengembangan, yakni Timur Tengah dan Cina. “Jangka pendek ini, (pengusaha) itu dapat rejeki nomplok,” kata dia.
Tapi, katanya, jika posisi dolar terus kuat, pasar akan menuntut penyesuaian harga. Selain itu, kondisi pasar di Amerika dan Eropa untuk produk dari Yogyakarta pun belum sepenuhnya baik. Penyesuaian harga dilakukan sebagian eksportir atas permintaan pembeli. “Eksportir terpaksa menyetujui karena susah mencari pembeli asing,” ujar Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri Surakarta Lilik Setiawan.
Di sisi lain, tak semua produsen mebel asal Yogyakarta dan Surakarta didominasi pengusaha besar yang mengekspor langsung ke negara tujuan. Sebagian di antaranya perajin mebel kecil yang menjual produknya ke luar negeri lewat perantara dengan transaksi rupiah. “Berapa pun nilai dolar, tetap tak berpengaruh,” kata Yuli.
Di Surakarta 40 persen anggota Asmindo melakukan kegiatan ekspor dengan memakai rupiah. “Menguatnya dolar tak berpengaruh apa-apa,” ujar Wakil Ketua Asmindo Surakarta Adi Dharma Rabu 21 Agustus 2013. Selain itu, ada pengusaha mebel yang memakai bahan baku impor. “Ada bahan untuk penyelesaian akhir yang harganya tergantung nilai dolar. Ongkos produksi pun bertambah,” kata Adi Dharma. Jika tren pelemahan rupiah berlanjut dalam waktu lama, eksportir mebel akan terkena imbas negatif. “Mereka harus menambah biaya produksi.”
ANANG ZAKARIA | UKKY PRIMARTANTYO
Berita Terpopuler:
Guardian Dipaksa Hancurkan Data Rahasia Snowden
Wanita Ini Bangkit dari Kematian
Al Ikhwan Al-Muslimun Tunjuk Pemimpin Sementara
Pakai Jilbab, Perempuan Swedia Protes Diskriminasi
Tulis Status di Tumblr, Mahasiswa Dibui 6 Bulan