TEMPO.CO, Jakarta -Dua dekade personil Koes Plus, Jon, Jok dan Murry absen tampil bersama dalam satu panggung dan main musik bersama. Kerinduan menyaksikan mereka tampil terwujud pada konser format akustik, Koes Plus Live In Concert pada 3 September 2013 di Auditorium RRI, Solo dan 27 September 2013 di Balai Kartini, Jakarta.
Dalam jumpa pers di gedung Cyber 2 pada 21 Agustus lalu, Jon, Jok Dan Murry bincang-bincang soal rencana konser. “Nanti secara teknis pertunjukan sak enak-enake. Cair dan mengalir,” kata Yon kelahiran 1940. Ia menjanjikan, tidak ada musik yang digarap secara komputerise.
Koes Plus dibentuk pada 1969, sebagai kelanjutan dari kelompok Koes Bersaudara, berasal dari kelurahan Sendangharjo, Tuban, Jawa Timur. Personil Koes Bersaudara, John Koeswoyo atau Koesdjono (bas betot), Tonny Koeswoyo (lead gitar), Nomo Koeswoyo (drum), Yon Koeswoyo (vokalis, gitar), dan Jok Koeswoyo (vokal, bas dan gitar).
Koes Bersaudara dianggap pelopor musik pop dan rock'n roll. Mereka pernah masuk penjara karena musiknya dianggap mewakili aliran politik kapitalis. Dalam perjalanan waktu Koes Bersaudara berevolusi menjadi Koes Plus. Koes Plus diawali oleh keluarnya Nomo Koeswoyo yang selain bermusik memiliki pekerjaan sampingan.
Tonny Koewoyo yang menjadi pimpinan menginginkan adiknya itu total dalam bermusik. Nomo memilih keluar bersama Jok Koeswoyo. Koes Bersaudara usai dan menjadi Koes Plus dengan kehadiran Kasmuri atau Murry yang menjadi drummer dan Totok AR, pemain bass.
Nantinya konser berdurasi 2 jam dengan melantunkan lagu antara 15 sampai 20 lagu hits.”Supaya penggemar kami bisa bernostalgia,” kata Yon.
Band ini menghasilkan lagu terkenal seperti, Kolam Susu karya Yok Koeswoyo, Ke Jakarta, Swet Memory, Kasih Sayang. Menurut pengamat musik Bens Leo, hanya Koes Plus yang mampu melakukan transformasi lagu rakyat ke lagu pop dengan nilai menghibur.
Mengapa diawali di Solo menurut Jok, pusat dari semuanya dari Solo. Seperti, rekaman pertama kali di Lokananta, Solo dan alat musik grup ini pada 1960 berasal dari Solo.
“Kebetulan kami dari Tuban dan sebelum tinggal di Jakarta, kami sempat tinggal di Solo. Ibu Koeswoyo ada keturunan dari Solo,” kata Jok yang menyebut ini seperti proses perjalanan bermusik mereka.
Jok Koeswoyo kelahiran 1944, ayah mantan penyanyi cilik Sari Yok Koeswoyo ini mengatakan, bersyukur dengan konser ini bisa merekatkan antara dia dan saudara serta seluruh bangsa Indonesia.
“Semoga makin merekatkan kita semua,” kata Yok.
Murry yang kembali bersatu dengan Jok dan Yon mengatakan, baru kali ini mereka melepas kerinduan.
Tiket untuk di Solo seharga Rp 200 ribu dan di Balai Kartini mulai dari tipe Brozen Rp 175 ribu, Silver Rp 290 ribu, Gold Rp 550 ribu dan Platinum Rp 800 ribu.
EVIETA FADJAR