TEMPO.CO, San Francisco - Steve Ballmer, tokoh sentral di Microsoft Corp selama lebih dari tiga dekade, tiba-tiba mengumumkan pengunduran dirinya sebagai kepala eksekutif pada Jumat. Ia mundur saat perusahaan software terbesar di dunia itu kehilangan posisinya sebagai kekuatan dominan dalam bisnis komputasi.
Ballmer sebelumnya menghadapi kritik dari investor selama bertahun-tahun ketika dua saingan, Apple Inc dan Google Inc, mulai menggeser posisinya. Dua perusahaan ini mendominasi ceruk baru dalam bisnis smartphone, tablet, pencarian Internet, dan cloud, sementara Microsoft terus bersibuk dengan PC yang kian menjadi "kuno".
Namun bagaimanapun, pengumuman Steve Ballmer untuk segera pensiun sebagai CEO Microsoft benar-benar mengejutkan. Dia tak menunjukkan tanda-tanda bakal lengser sebelumnya. Salah seorang sumber yang dekat dengan bos Microsoft Bill Gates menyatakan rencana kemunduran Ballmer baru diungkapkan dua hari sebelum ia mengumumkannya secara resmi pada Jumat.
Sumber itu menyatakan kepada Slate bahwa Ballmer "tidak dipaksa keluar." "Dia membuat keputusan pribadi untuk mundur," katanya.
Dalam pernyataannya, Ballmer mengatakan, "Tidak pernah ada waktu yang tepat untuk jenis transisi, tetapi sekarang adalah waktu yang tepat."
Ia menyatakan Microsoft telah memulai strategi baru dengan organisasi baru, dan mereka memiliki Tim Kepemimpinan Senior yang menakjubkan. "Saya pensiun di tengah-tengah transformasi perusahaan kita. Kita membutuhkan CEO yang akan berada di sini untuk jangka waktu yang panjang dengan arah yang baru," katanya.
Tahun terakhir telah menjadi tahun yang sangat sibuk bagi Ballmer. Dia telah mengubah Microsoft dari sebuah perusahaan perangkat lunak menjadi bisnis "perangkat dan layanan". Ia juga mereorganisasi perusahaan sesuai visi tersebut, dengan merestrukturisasi perusahaan untuk menjadi lebih kolaboratif.
Microsoft belum menyebutkan siapa yang bakal menggantikannya. Dalam sejarah 38 tahun Microsoft, mereka hanya memiliki dua CEO. Sebelumnya, Ballmer pernah menyatakan akan terus menjabat setidaknya sampai 2017.
Selama kepemimpinannya, Ballmer mencatat beberapa keberhasilan. Antara lain naiknya pendapatan tiga kali lipat, keuntungan naik dua kali lipat, dan perusahaan mencetak sukses besar dengan bisnis video game Xbox. Windows dan Office tetap sangat menguntungkan, dan Microsoft masih bercokol sebagai vendor produk dan layanan komputasi perusahaan.
Namun, dalam ranah ponsel, tablet, dan pemutar musik, semua tak berjalan sesuai harapan. Tablet Surface yang ditujukan untuk menyaingi iPad rontok di pasar. Kerja sama pembuatan ponsel dengan Nokia juga tak menghasilkan kabar baik.
Pada saat yang sama, perusahaan juga makin "terbanting-banting" bersaing dengan Google dalam bisnis pencarian Internet. Beberapa bisnis komputasi juga berada di bawah ancaman, terutama dalam transisi layanan berbasis cloud.
Ballmer, yang sering disebut "kuat tapi emosional", lebih dianggap sebagai salesman hebat ketimbang teknolog brilian. Ia sering melontarkan pernyataan kontroversial, hal yang tak dikehendaki para investor.
Saat Apple meluncurkan iPhone, misalnya, ia mencela habis-habisan. "Itu adalah ponsel paling mahal di dunia dan tidak menarik bagi pelanggan bisnis," kata Ballmer sambil tertawa dalam wawancara televisi setelah peluncuran iPhone pada tahun 2007. Lima tahun kemudian, penjualan iPhone lebih besar dari keseluruhan pendapatan Microsoft.
Berasal dari Michigan, Ballmer belajar matematika terapan dan ekonomi di Harvard, tempat ia bertemu Gates. Beberapa tahun kemudian, Gates membujuknya untuk keluar dari Stanford Business School dan menjadi manajer komersial pertama Microsoft dengan hanya 30 karyawan.
Untuk menarik hatinya, Gates menawarkan bagian saham padanya. Ketika Microsoft didirikan setahun kemudian, Ballmer memiliki saham hampir 8 persen. Kekayaannya sekarang, menurut perkiraan Forbes, mencapai nilai US$ 15 miliar.
SLATE | REUTERS | TRIP B