TEMPO.CO, Lumajang - Tak kurang dari 24 ribu lebih keluarga di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, mengalami krisis air bersih memasuki musim kemarau ini. Sebagian besar keluarga yang kekurangan air bersih ini terdapat di Lumajang bagian utara. Pasokan air bersih dari pemerintah juga belum cukup memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.
Berdasarkan Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang, krisis air bersih ini melanda 106 dusun di 39 desa di Kabupaten Lumajang. "Daerahnya meliputi enam kecamatan di Kabupaten Lumajang," kata Kepala Sub-Bidang Logistik BPBD Lumajang, Paryono, Selasa, 27 Agustus 2013. Dari 39 desa tersebut, 22 desa di antaranya berkondisi kritis. "Artinya, harus selalu dipasok air," kata Paryono.
Sebanyak 22 desa yang dalam kondisi kritis karena kekurangan air bersih ini terdapat di Kecamatan Ranuyoso, Randuagung, Klakah, Gucialit, Padang, dan Kedungjajang. Data BPBD menyebutkan, secara detail, ada 87.250 jiwa warga Kabupaten Lumajang di enam kecamatan tersebut yang mengalami krisis air bersih. Krisis air bersih ini membuat warga yang berada di daerah kritis lebih memprioritaskan pemenuhan air untuk keperluan memasak dan minum saja.
"Air hanya untuk kebutuhan memasak dan minum," kata Paryono. Sedangkan untuk mencuci pakaian dan mandi, warga harus pergi agak jauh dari rumahnya menuju sumber mata air yang juga sudah menurun drastis debit airnya. "Sebagian besar harus membelinya untuk mencukupi kebutuhan air sehari-hari," katanya. Paryono mengatakan, kawasan utara Kabupaten Lumajang selama ini memang merupakan daerah rawan bencana kekeringan ketika memasuki musim kemarau.
Biasanya, ketika musim hujan, warga menampung air hujan untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. "Tetapi sekarang, air hujan hanya untuk keperluan mandi dan mencuci," katanya. Sedangkan untuk keperluan masak dan minum, warga harus membeli atau menunggu pasokan air dari pemerintah. Paryono mengatakan, untuk menanggulangi dampak kemarau ini, pemerintah melalui BPBD Lumajang memasok air untuk desa yang dalam kondisi kritis.
"Namun, karena keterbatasan kemampuan, hanya mampu enam desa setiap harinya," katanya. Karena itu, pemerintah menjadwal secara bergiliran desa-desa yang akan dipasok air bersih.
DAVID PRIYASIDHARTA