TEMPO.CO, Kupang - Penurunan debit air akibat kemarau di 23 sumber mata air bisa menyebabkan krisis air di wilayah Kota dan Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Saat ini, penurunan debit air sudah mencapai 20 persen dari kondisi normal.
"Penurunan debit air bisa mencapai 50 persen saat puncak kemarau pada periode Oktober-Desember tahun ini. Kondisi itu sungguh mengancam, sebab nanti bisa jadi persediaan air di seluruh NTT hanya bergantung pada curah hujan," kata Kepala Bagian Pelayanan Pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum, Klemens Man, kepada wartawan di Kupang, Kamis, 29 Agustus 2013.
Dengan kondisi penurunan debit air ini, kata Klemens, bisa diindikasikan bahwa NTT sudah dalam kondisi krisis air bersih. Sumber air yang mengalami penurunan debit antara lain sumber air Oepura, Oeleu dan Haukolo, sumber air Amnesi, dan sumber air Sagu yang terletak di Kelurahan Manulai, Kupang. "Sumber air Oepura saat ini sekitar 30 liter per detik, menurun dari dua bulan sebelumnya 40 liter per detik," katanya.
Jika curah hujan berlangsung selama empat hingga lima bulan, katanya, penurunan debit air antara 50-60 persen. Tapi jika curah hujan hanya dua sampai tiga bulan, debit air akan berkurang sampai 40 persen. "Kami akan batasi pasokan air ke rumah penduduk, jika debit air terus menurun," katanya.
Pembatasan suplai untuk sejumlah wilayah sudah dilakukan, seperti di Penfui, Kelapa Lima, dan Tuak Daun Merah. Suplai air ke daerah tersebut saat ini hanya dilakukan sekali dalam sepekan. Itu pun suplai air berasal dari sumber mata air Baumata yang berada di kawasan hutan.
YOHANES SEO
Terhangat:
Suap SKK Migas | Konvensi Partai Demokrat | Pilkada Jatim
Berita populer:
Warga Penolak Lurah Susan Juga Akan Demo Jokowi
Jokowi Siap Jadi Mediator Keraton Solo, Tapi...
Demo Lurah Susan Digerakkan Dua Tokoh Ini
Loch Ness Tertangkap Kamera Fotografer Amatir