TEMPO.CO, Malang-Universitas Brawijaya Malang akan mendirikan perusahaan yang menampung hasil penelitian mahasiswa. Perusahaan itu tidak hanya mengejar keuntungan tapi juga merangsang mahasiswa untuk melakukan penelitian yang bermanfaat bagi manusia. "Kami uji dulu, prioritas penelitian yang memiliki dampak besar," kata Rektor Universitas Brawijaya Malang, Yogi Sugito, Jumat 30 Agustus 2013.
Sebelumnya, hasil penelitian mahasiswa akan diuji di inkubasi bisnis Universitas Brawijaya Malang. Inkubasi bisnis akan menguji kelayakannya dari bidang ekonomi, pasar, dan social, sebelum diproduksi massal. "Jika prospeknya bagus, kami komersialkan."
Selama ini, hasil penelitian mahasiswa dan dosen dipatenkan dan bekerjasama dengan perusahaan untuk produksi massal. Sebelumnya, Universitas Brawijaya Malang bekerjasama dengan PT Bio Farma (Persero) membangun pabrik vaksin di kawasan Dieng Malang. Pabrik vaksin dibangun dengan biaya sekitar Rp 20 miliar.
Budaya meneliti, kata Yogi, mulai timbul di Universitas Brawijaya. Dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional Universitas sebanyak 28 tim akan ikut lomba. ITS menurunkan 44 tim, UGM Yogyakarta 36, yang lolos dari seleksi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. "Ribuan proposal masuk."
Universitas Brawijaya optimistis menjadi juara umum di Pimnas di Universitas Mataram Nusa Tenggara Barat 9-13 September mendatang. Pada 2012, 2009, dan 2008 Universitas Brawijaya Malang menjadi juara umum mengungguli tim lainnya. "Penelitian mahasiswa ini juga akan dipatenkan dan diuji di inkubasi bisnis."
Ketua tim Pimnas dari Universitas Brawijaya Malang Agung Pramana menjelaskan jika UGM, ITS dan IPB menjadi pesaing berat dalam Pimnas kali ini. Universitas Brawijaya Malang mengandalkan sejumlah penelitian dari berbagai disiplin ilmu, mulai teknik, kedokteran, dan pertanian. "Mahasiswa dikarantina sebelum ikut Pimnas."
EKO WIDIANTO